Selasa, 21 September 2010

~ Kubah Timah Putihnya Berpendar di Langit Kairo ~

EKSPEDISI SUNGAI NIL (23)

oleh Agus Mustofa pada 02 September 2010 jam 13:00
~ Kubah Timah Putihnya Berpendar di Langit Kairo ~

dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat
sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu,
web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa
solat

Ada satu ikon kota Kairo yang selalu menghiasi buku-buku panduan para turis. Yaitu, Masjid Muhammad Ali Pasha. Masjid yang berada di dalam benteng Shalahuddin itu sungguh Indah. Kubahnya yang berlapis timah putih berpendar di langit Kairo, terlihat dari berbagai penjuru kota. Apalagi posisi benteng itu memang berada di kawasan Bukit Muqattam yang tinggi.

Masjid yang didirikan tahun 1830 di zaman sultan Ali Pasha itu, kini sudah berusia 180 tahun. Dibangun oleh arsitek dari Turki kelahiran Bosnia, Yusuf Bushnak. Desainnya mengadaptasi bangunan-bangunan Romawi dan Eropa modern. Lokasinya dipilih di bagian tertinggi dari Benteng Shalahuddin, sehingga perlu menghancurkan dua bangunan bekas istana Mamluk yang pernah berkuasa di Mesir.

Shalat jumat di masjid tersebut memberikan suasana yang berbeda. Saya sengaja datang pada hari Jumat, karena masjid ini tidak digunakan untuk shalat 5 waktu lagi. Hanya seminggu sekali. Ruang masjidnya luas, dengan desain akustik yang memukau. Gema suara di dalam masjid didesain sedemikian rupa, sehingga muadzin yang mengumandangkan azan tanpa pengeras suara pun, suaranya sudah terdengar cukup jelas. Apalagi ketika khatibnya berkhutbah dengan mikrofon, suaranya bergema megah.

Desain konstruksinya juga hebat. Kubah setinggi 52 meter yang megah itu hanya disanggah empat tiang dengan bentangan yang lebar, lebih dari 25 meter. Apalagi, kubah tersebut di bagian dalamnya masih dibebani dengan lampu gantung khas Eropa yang berbobot lebih dari 2 ton. Membuat kawan saya yang berpendidikan Teknik Sipil berdecak kagum mengamatinya. Di bagian luar, dibangun menara-menara setinggi 82 meter.

Kubah itu, bukan hanya indah dilihat dari luar, melainkan juga dari dalam. Selain ornamennya yang sangat indah, kubah utamanya disanggah oleh empat kubah yang lebih kecil berbentuk setengah lingkaran sebagai penyanggah beban kubah utama. Disinilah kecerdikan sang perancang, dia bisa memadukan antara kebutuhan artistik dengan kekuatan konstruksi.

Di pojok-pojok pertemuan antar kubah utama dan kubah pendukung dibuat tulisan kaligrafi nama-nama Khalifah di zaman Khulafaurrasyidin: Abu Bakar, Umar bin Khathab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Sedangkan di bagian atas Mihrab bertuliskan Allah dan Muhammad Rasullah.

Warna Hijau dan emas mendominasi dekorasi interior masjid. Berpadu dengan batu onyx dan marmer putih bergurat-gurat coklat. Dikombinasi dengan karpet merah menyala, sungguh sangat indah. Sebuah masjid dengan desain modern yang berselera tinggi, cerminan citarasa Sultan Ali Pasha yang ingin menampilkan Islam Mesir dalam wajah modern.

Ali Pasha memang bukan orang Mesir asli. Dia seorang Albania asal Kavalla yang datang ke Mesir sebagai panglima pasukan Turki utusan Dinasti Usmani. Dia dikirim untuk membantu rakyat Mesir melawan pasukan Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte yang menjajah Mesir.

Keberhasilannya memukul mundur tentara Napoleon, mengantarkan Ali Pasha menduduki jabatan gubernur Mesir. Dia didukung oleh rakyat dan memperoleh restu ulama-ulama al Azhar. Maka, sejak itulah dia merintis Dinasti Muhammad Ali Pasha yang menjadi kerajaan terakhir di Mesir. Ali Pasha berkuasa di Mesir pada tahun 1805 – 1849, selama 44 tahun.

Pemerintahannya bergaya militeristik. Untuk menstabilkan situasi dalam negeri, Ali Pasha membasmi petinggi-petinggi Mamluk yang menguasai Mesir generasi sebelumnya. Ratusan petinggi mereka diundang makan di istana, dan kemudian dihabisi tanpa ada yang tersisa. Konon, tak kurang dari 500 orang.

Sultan yang kontroversial ini mengembangkan Mesir Modern dengan dibantu anaknya, Ibrahim Pasha. Dibawah kendali mereka kekuasaan Mesir meluas sampai ke Syria, Palestina, Yaman, Saudi Arabia; bahkan hingga Oman, Iraq, dan Bahrain. Ia bercita-cita membuat Imperium Islam baru menyaingi Dinasti Usmani, Turki yang mengutusnya. Tetapi, akhirnya ia bisa ditekan oleh Turki yang bersekutu dengan Inggris dan Perancis. Sejak itulah, intervensi dunia Barat mengalir masuk ke Mesir hingga kini.

Di zaman dinasti Ali Pasha Mesir berkembang dengan berorientasi ke Barat, khususnya Eropa. Dan lebih khusus lagi Perancis. Ia banyak mengirim pelajar-pelajar untuk bersekolah di Eropa. Dia juga melakukan berbagai kerjasama ekonomi dan perdagangan, pengembangan sistem administrasi pemerintahan, arsitektur, seni budaya, dan konstruksi bangunan.

Di zaman Muhammad Ali pula Mesir membangun bendungan-bendungan baru, memperbaiki kanal-kanal pengairan dari sungai Nil, dan menumbuhkan sektor pertanian. Ia memberikan perhatian lebih pada komoditas kapas dan tebu. Dan tentu, ia lantas memperkuat armada militernya, sehingga sangat disegani di kawasan Timur Tengah.

Ketika wafat, keturunannya meneruskan kebijakan untuk membawa Mesir ke Western-minded. Di zaman Said Pasha, Mesir membangun terusan Suez bekerjasama dengan Inggris dan Ferdinand de Lesseps dari Perancis. Kanal strategis ini menjadi salah satu sumber pemasukan yang signifikan, yang kelak menjadi rebutan antara ketiga negara pengelola. Sampai kini, terusan Suez menjadi jalur kapal-kapal besar yang berlalu lalang antara Laut Mediterania dan Laut Merah.

Dinasti Muhammad Ali Pasha runtuh di zaman Raja Farouq, tahun 1952. Raja yang terkenal hidup mewah itu dikudeta oleh rakyat Mesir dibawah pimpinan Jenderal Muhammad Najib dan Gamal Abdul Nasser, yang kemudian mereformasi pemerintahan Mesir menjadi Republik pada tahun 1953, hingga sekarang. Sedangkan Raja Farouq diasingkan ke Monaco sampai meninggalnya. Ia yang memiliki bobot 140 kg itu meninggal di atas meja makan, saat jamuan di Roma Italia, dalam usia 45 tahun..!

* * *

Begitu banyak kisah yang dihamparkan Allah di sekitar kita. Ada yang baik dan ada yang buruk. Semua mengandung pelajaran bagi kita agar menjadi orang yang lebih baik ke masa depan. Orang sukses adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya untuk selalu berbuat baik. Itulah yang di dalam al Qur’an disebut sebagai orang yang bertakwa. Sedangkan orang zalim adalah mereka yang tak mampu mengendalikan dorongan hawa nafsunya, sehingga mencelakakan dirinya sendiri, di dunia maupun di akhirat.

’’Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan? Dan Allah membiarkannya tersesat berdasarkan ilmu-Nya. Dan Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya, serta meletakkan tutup atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk selain Allah? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?’’ [QS. 45: 23]

Bersambung besok: Tangannya Bergerak Setelah 3.127 Tahun Jadi Mumi
Masjid Muhammad Ali Pasha, di dalam benteng Shalahuddin.
dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat
sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu,
web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa
solat


EKSPEDISI SUNGAI NIL (24)

oleh Agus Mustofa pada 03 September 2010 jam 13:00

~ Tangannya Bergerak, Setelah 3.127 Tahun Jadi Mumi ~





Sejak kemarin kami menyimpang dari jalur sungai Nil menuju Gurun Sinai, untuk napak tilas kisah Nabi Musa. Dialah musuh besar Firaun yang diceritakan oleh agama-agama Ibrahim di dalam kitab Taurat, Injil dan Al Qur’an. Utusan Allah yang terlahir di zaman Ramses II ini sangat banyak diceritakan di dalam kitab suci sebagai ’petarung tangguh’ yang diutus Tuhan untuk menghentikan keganasan Firaun.

Sejak dari Abu Simbel di perbatasan Sudan sampai Kairo, sebenarnya tim Ekspedisi sudah menempuh sekitar 85 persen panjang sungai Nil. Tidak jauh lagi, kami akan sampai di Alexandria sebagai muaranya. Jaraknya hanya tinggal 250 km. Tetapi, selama beberapa hari ke depan, kami sengaja tidak melanjutkan perjalanan menyusuri sungai ke arah muara, melainkan menyimpang ke timur menyeberang Teluk Suez terlebih dahulu.

Ada beberapa agenda yang ingin kami telusuri, terkait dengan kisah eksodus Bani Israil dari Mesir. Dan ini terkait erat dengan berbagai situs Mesir kuno yang bercerita tentang Firaun di sepanjang sungai Nil. Dengan mengembangkan penelusuran ini, saya harapkan pembaca akan memperoleh gambaran lebih utuh tentang kisah Firaun vs Musa.

Dimanakah Musa dilahirkan? Dimana dia dibesarkan? Dimana pula dia melakukan penyeberangan saat dikejar oleh Firaun? Siapakah Firaun yang tenggelam di Laut Merah: Ramses II ataukah Firaun yang lain? Dan seterusnya, termasuk saya akan mendaki gunung Sinai untuk merasakan suasana saat Nabi Musa menerima wahyu Taurat di Jabbal Musa.

Dan kemudian, kami akan mengakhiri napak tilas kisah Musa ini di kota Sharm El Sheikh, dimana Musa bertemu dengan manusia misterius, Khidr, yang sempat menjadi guru spiritualnya. Perjalanan menyusur kawasan Sinai menempuh jarak lebih dari 1000 km, sampai balik lagi ke lembah Nil di dekat Delta, untuk melanjutkan Ekpedisi ke muaranya di laut Mediterania.

Tidak seperti biasanya yang hanya bercerita secara deskriptif, setidak-tidaknya dalam dua tulisan hari ini dan besok, saya akan memberikan sedikit analisa untuk menyambungkan cerita secara utuh tentang kisah Musa vs Firaun. Selebihnya, saya akan menuangkan cerita perjalanan spiritual ini dalam bentuk buku yang insya Allah, akan saya terbitkan bulan depan.

Sempat saya singgung ketika bercerita tentang kota Fayoum, bahwa kawasan subur itu pernah menjadi permukiman orang Yahudi alias Bani Israil, yakni sejak zaman nabi Yusuf. Disanalah istana Qarun berada. Dan di sekitar kawasan itu pula Nabi Musa dilahirkan.

Kalau kita lihat dalam peta sungai Nil, maka kota ini berada sebelum kota Memphis, yang kala itu sudah tidak menjadi ibukota kerajaan Firaun lagi. Ibukota di zaman Ramses II sudah berpindah ke Luxor. Tetapi, kota Memphis masih menjadi kota metropolitan sampai ribuan tahun berikutnya. Sehingga, lazim para raja memiliki istana musim panas di kawasan dekat delta sungai Nil itu. Termasuk Ramses II. Dan, tidak heran pula di museum Memphis bertengger patung Ramses II dalam ukuran raksasa.

Saat Musa dilahirkan, Ramses II sudah berusia diatas 54 tahun. Dan sudah mengangkat dirinya sebagai Tuhan. Kalau kita telusuri sejarahnya, Ramses II diangkat sebagai Firaun pada usia 24 tahun. Ia sudah sepenuhnya mengendalikan Mesir dalam waktu dua puluh tahun pertama. Dan kemudian, mengangkat dirinya sebagai Tuhan, setelah 30 tahun berkuasa.

Setelah itulah Musa terlahir dari rahim seorang wanita Bani Israil sebagai keturunan keempat dari Nabi Ya’kub. Musa sezaman dengan Qarun, familinya, yang bekerja pada Ramses II sebagai penjilat. Kelahiran Musa membuat Firaun gusar. Sebab, para penasehat spiritualnya mengatakan bahwa akan lahir bayi laki-laki dari kalangan Bani Israil yang kelak akan mengalahkan kekuasaan Firaun. Ia pun memerintahkan untuk membunuhi bayi laki-laki dari Bani Israil [QS. 2: 49].

Tapi, bayi Musa diselamatkan oleh Allah dengan cara yang sangat istimewa. Ibu Musa memperoleh ilham dari Allah, untuk menghanyutkan bayinya di aliran sungai Nil. Dan atas kehendak-Nya, bayi yang ditaruh di keranjang bayi itu ’berlabuh’ di istana Firaun di Memphis. Saat itu, kemungkinan besar Nefertari, istri yang paling dicintai Firaun sedang berada di taman pinggiran sungai Nil. Ia melihat sang bayi lucu itu, dan jatuh hati kepadanya.

Diambilnya keranjang berisi bayi itu, dan ia meminta kepada Firaun untuk tidak membunuhnya. Tetapi, memelihara bayi laki-laki berkulit putih yang jelas-jelas bukan dari kaum Firaun tersebut [QS. 28:9]. Ramses tak mampu menolak permintaan sang isteri tercinta. Apalagi, Nefertari pernah kehilangan anak laki-laki Amunherkhepseshef, yang meninggal saat masih remaja. Padahal dialah pangeran utama yang digadang-gadang akan menggantikan kekuasaan Ramses II.

Perlindungan Allah terus berlanjut kepada Musa. Bayi itu tidak mau disusui oleh siapa pun. Dan hanya mau diberi air susu ibunya yang jelas-jelas berwajah Bani Israil. Tetapi hati Firaun luluh oleh permintaan isteri tercintanya. Sehingga dalam sebuah sayembara, ibu Musa terpilih sebagai pengasuh yang menyusui dan memelihara Musa sampai masa kanak-kanaknya berakhir. [QS. 28: 12].

Singkat cerita, Nabi Musa yang musuh besar Firaun dibesarkan di dalam istana Firaun sendiri. Sampai suatu ketika ia menjadi pemuda dan membunuh orang Qibthi alias orang Mesir asli, yang sedang berkelahi dengan seorang pemuda Bani Israil. Maka, Firaun pun tak mampu menahan diri untuk menghukum Musa. Dia geram kepada Musa, pemuda Bani Israil yang sudah dipeliharanya bertahun-tahun, tetapi tetap menunjukkan pembelaannya kepada Bani Israil yang dibenci Firaun.

Musa pun melarikan diri meninggalkan kota Memphis, menuju negeri Madyan, di timur negeri Mesir. Disana, Musa diambil menantu oleh Nabi Syuaib sekaligus belajar agama kepadanya, selama sepuluh tahun atau lebih.[QS.28: 27]. Menjelang usia empat puluh tahun, Musa bersama keluarganya meninggalkan negeri Madyan menuju ke Mesir. Di tengah jalan, di sekitar gunung Sinai, Musa melihat api di sebuah bukit. Dia pun mendaki bukit itu. Ternyata, disana dia menerima perintah dari Allah untuk menghentikan kesewenang-wenangan Firaun, serta mendakwahkan agama Tauhid. Allah pun membekalinya dengan beberapa mukjizat.

Sebelum kedatangannya ke negeri Mesir itulah, Firaun Ramses II meninggal dunia. Beberapa tahun terakhir sebelum kematiannya, Ramses menderita sakit komplikasi yang menyiksanya. Kekuasaannya tidak lagi efektif, sehingga pemerintahannya dikendalikan oleh anaknya, Merneptah, yang sekaligus panglima perangnya. Ramses II meninggal dunia dalam usia 97 tahun, dan dimakamkan di Lembah Raja. Sayang, makamnya dibobol pencuri harta Firaun. Dan muminya sempat tidak jelas keberadaannya.

Baru pada tahun 1881, mumi Ramses II diketemukan oleh para arkeolog di sekitar Lembah Raja, untuk dipindahkan ke Museum Mesir di Kairo. Tapi yang mengerikan, ketika kain kafan mumi itu dibuka, tangan kiri Firaun bergerak terangkat dari posisi silang di depan dadanya. Ia menunjukkan ekspresi terakhirnya saat meregang nyawa. Entah apa yang menyebabkan, tangan sang mumi masih bisa bergerak setelah lewat 3.127 tahun dari saat kematiannya..!

Bersambung besok: //Siapakah Firaun yang Tenggelam di Laut Merah?//

Ramses II, kekuasaannya berakhir di usian 97 tahun.
Sungai Nil Memphis dimana bayi Musa dihanyutkan.
dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat

Tidak ada komentar: