Senin, 27 September 2010

~ Mencegat Lailatul Qadr di Tepi Laut Mediterania ~

EKSPEDISI SUNGAI NIL (29)


oleh Agus Mustofa pada 08 September 2010 jam 11:08



 


 
 ~ Mencegat Lailatul Qadr di Tepi Laut Mediterania ~


dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat
sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu,
web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa
solat


Sharm El Sheikh adalah kota terakhir di Gurun Sinai yang kami kunjungi. Dari kota di tepi Laut Merah ini, kami melanjutkan perjalanan menyusuri pantai Teluk Suez yang mengarah ke terowongan penyeberangan kembali. Jaraknya sekitar 500 km. Memasuki benua Afrika, kami mengarah ke delta Sungai Nil, dan menyusurinya sampai ke muara di kota Alexandria.

Sebenarnya, di bagian delta ini sungai Nil terpecah menjadi beberapa cabang yang menuju ke muara. Salah satunya mengarah ke Alexandria. Sedangkan muara utamanya berada di kota Dumyat dan kota Rashid. Semuanya berujung di Laut Mediterania. Dengan keterbatasan waktu yang ada, kami hanya memilih salah satu saja, yakni kota yang paling besar dan paling banyak menyimpan sejarah: Alexandria. Inilah kota yang pernah menjadi ibukota Mesir selama 1000 tahun di zaman Yunani-Romawi.

Alasan lain kenapa kami memilih Alexandria sebagai terminal terakhir, karena kota ini memiliki kadar spiritual yang cukup tinggi bagi para pencari Kebenaran Tunggal. Diantaranya, disana ada masjid seorang guru sufi yang sangat terkenal, yaitu Abul Abbas al Mursyi. Masjid, yang kemudian menjadi makamnya, itu adalah kompleks makam 12 wali yang juga adalah murid-muridnya. Kawasan ini menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan yang datang ke Alexandria.

Lebih jauh, di Alexandria juga terdapat makam ‘orang biasa’ yang namanya disebut-sebut di dalam al Qur’an. Dialah Luqman el Hakim. Orang bijak yang tidak disebut sebagai nabi itu, nasehat-nasehatnya menyentuh sanubari dan sangat mendalam secara spiritual. Bahkan, namanya lantas diabadikan sebagai nama surat ke 31 dalam al Qur’an: Surat Luqman. Sayang ketika kami menziarahinya, kompleksnya sedang direnovasi, dan tertutup untuk sementara waktu.

Kami ingin menghabiskan sisa hari Ekspedisi Spiritual ini disini. Berada di sebuah tempat bersejarah yang mengandung nilai-nilai spiritual bagi para pencari Tuhan. Tidak dengan berada di samping makam para pelaku sufisme itu, melainkan bertafakur di muara Sungai Nil yang menjadi saksi bisu atas berjalannya sejarah masa lalu dengan segala hikmahnya.

Ketika berada di masjid Abbas al Mursyi, saya sempat menyaksikan para pelaku tarekat melakukan ritual ibadah khasnya. Puluhan orang berkerumun dalam tarian sufisme. Sambil menari dan bertepuk, mereka melantunkan puji-pujian: ya hu ... ya hu ... ya hu ( wahai Dia ... wahai Dia ... wahai Dia), sambil menggelorakan Asmaaul Husna. Tak kurang dari 5 kelompok aliran tarekat yang siang itu berkumpul membentuk halaqah masing-masing di masjid tepi pantai itu.

Malamnya, di masjid yang berbeda, saya menyaksikan ribuan orang melakukan shalat tahajud. Pesertanya membludak, menimbulkan kemacetan lalu lintas di depan masjid Al Qaid Ibrahim, sampai menjelang waktu sahur. Mereka meningkatkan ibadah di sepuluh malam terakhir untuk menyambut datangnya puncak Ramadan: Lailat al Qadr.

Di beberapa masjid lainnya, saya juga melihat para pelaku i’tikaf yang terus menerus membaca kitab suci Al Qur’an sepanjang hari hingga malam. Sedangkan saya memilih cara saya sendiri untuk bertafakur menjelang berakhirnya Ramadan. Bulan Suci yang penuh hikmah, bagi siapa yang berniat mencarinya.

Saya merenung di teras kamar lantai empat, sebuah penginapan yang persis menghadap ke Laut Mediterania. Beratap langit yang bertabur bintang. Menghadap kegelapan laut yang luas dengan debur ombak yang sayup-sayup. Sesekali terdengar celoteh orang di jalanan, dan suara klakson mobil yang terjebak kemacetan di bawah sana. Sementara itu, di masjid-masjid terdengar suara pujian dan ayat-ayat Qur’an yang dilantunkan dalam shalat-shalat yang panjang.

Saya ingin merenungi Ramadan ini dalam realitas kehidupan, tanpa harus mengasingkan diri dan menyepi dari hiruk pikuk duniawi. Karena saya merasakan, Tuhan tidak hanya hadir di tempat-tempat sepi yang terasing. Tetapi, meliputi seluruh dinamika kehidupan makhluk-makhluk-Nya, dalam sepi maupun dinamika tiada henti.

Dia berada bersama dengan orang-orang yang sedang shalat sendiri maupun berjamaah. Dia juga sedang meliputi mereka yang berbuat maksiat, sendirian maupun bersama-sama. Dia kini sedang mendampingi orang-orang yang bersabar dalam menghadapi segala ujian hidupnya, sekaligus meliputi orang-orang yang ingkar dalam menghadapi kebenaran.

Ya, Allah adalah Zat yang sedang bersama seluruh makhluk-Nya dimana pun mereka berada. Langit luas yang bertabur milyaran bintang berada di dalam Kebesaran-Nya yang tiada terkira. Lautan lepas yang berselimut kegelapan dan kecipak ombak, sedang larut dalam Keperkasaan-Nya. Bahkan seluruh peristiwa di langit dan di bumi, tak ada yang terjadi tanpa kehadiran-Nya. Karena sungguh, alam semesta hanyalah sebutir debu yang ’tenggelam’ dalam Samudera Keagungan yang tiada berhingga.

’’Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi. Dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.’’[QS. 4: 126]. ’’Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat (gaya gravitasi). Kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari serta bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang telah ditentukan. Allah mengatur segala urusan, menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan dengan Tuhanmu. [QS. 13: 2].

Malam-malam akhir Ramadan, bagaikan hari-hari dimana Nabi Musa diperintahkan Allah menyempurnakan puasa sebelum berbicara dengan-Nya. Dengan kemurnian puasanya itu beliau menerima wahyu di Gunung Sinai. Atau, hari-hari ini adalah bagaikan saat-saat akhir tahanuts Rasulullah SAW di gua Hira’, yang sesudah itu beliau menerima wahyu al Qur’an al Karim, cahaya penerang bagi manusia akhir zaman.

Turunnya hikmah ilmu kehidupan selalu seiring dengan proses penyucian diri yang sempurna. Ketika jiwa dan raga telah larut dalam proses penyerahan diri kepada Zat Yang Maha Suci, maka itulah saat lailatul Qadr turun kepada orang-orang yang berpuasa sempurna di bulan Ramadan. Hikmah itu dibawa oleh malaikat Jibril yang memang bertugas menyampaikan ilmu-ilmu Allah kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Berjuta malaikat mengiringi sang Jibril di akhir-akhir proses penyucian diri yang istiqomah.

Lailatul Qadr tak akan turun kepada orang-orang yang secara ’dadakan’ mencegat datangnya malam seperti mencegat datangnya keberuntungan sebuah undian. Karena sesungguhnya bukan ’malam’ itu yang menjadi subtansinya, melainkan pengetahuan mendalam yang disebut al Quran sebagai Al Hikmah. Betapa naifnya orang-orang yang ’mencegat’ datangnya ’sebuah malam’ di akhir Ramadan secara dadakan, karena malam hari di Indonesia, sebenarnya adalah sore hari di Timur Tengah, dan siang hari di Amerika.

’’Sesungguhnya Kami telah menurunkan Alqur'an pada saat Lailatul Qadr... Turun para malaikat dan Jibril di malam itu dengan izin Tuhannya, untuk mengatur segala urusan (yang penuh hikmah)... [QS.97: 1 &4]

Bersambung besok: //Lebaran di Kairo, Didaulat Khutbah Idul Fitri//

MENJELANG SAHUR: jalanan di tepi pantai kota Alexandria macet. Jamaah baru pulang dari shalat Tahajud di masji-masjid.
SORE HARI: melihat kota Alexandria dari lantai 4 penginapan.
MATAHARI TENGGELAM: tafakur di pantai Laut Mediterania.














dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat
sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu,
web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa
solat


EKSPEDISI SUNGAI NIL (30)

oleh Agus Mustofa pada 09 September 2010 jam 11:18
~ Lebaran di Kairo, Didaulat Khutbah Idul Fitri ~

Alhamdulillahi rabbil alamin. Akhirnya selesailah ekspedisi spiritual Jawa Pos, Jelajah Sungai Nil. Dari tachometer mobil yang kami gunakan selama sebulan, kami tahu bahwa ekspedisi ini telah menyusuri jarak 4.798 km, saat sampai di Alexandria. Jarak itu kami tempuh sejak berangkat dari Kairo ke Abu Simbel, lantas menyusuri Nil menuju ke muara, dan melakukan pengembangan ke gurun Sinai. Maka, sesampai di Kairo nanti, perjalanan kami telah menempuh jarak lebih dari 5000 km.

Kami serasa baru keluar dari mimpi panjang berburu hikmah ke masa silam, sambil melakukan i’tikaf  Ramadan sepanjang bulan. Dan kini, kami bersiap menerapkan segala hikmah itu untuk menghadapi realitas kehidupan, setelah belajar dari berbagai peristiwa di sekitar, sebagaimana disindirkan Alquran. ’’Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lewati, sayang mereka tidak menghiraukannya.’’ [QS. 12: 105]

Lega rasanya bisa menuntaskan tafakur panjang ini. Berpuluh hikmah kami dapatkan selama bulan suci yang memang penuh hikmah. Ramadan, benar-benar bulan membaca dan bertafakur bagi umat Islam. Meskipun, tidak sedikit yang menjadikan Ramadan justru sebagai bulan menurunnya produktivitas. Padahal, mestinya justru berlatih untuk meningkatkannya.

Ada sebuah pemahaman yang perlu dikaji kembali tentang latar belakang turunnya perintah berpuasa Ramadan. Kebanyakan kita berpendapat, bahwa perintah berpuasa Ramadan disebabkan oleh dua alasan. Yakni: supaya menjadi sehat, dan supaya menjadi lebih bertakwa. Saya rasa itu kurang tepat.

Karena sesungguhnya kalau kita lihat redaksinya, dua hal itu bukan ’penyebab’ turunnya perintah berpuasa, melainkan ’akibat’. Yakni: agar sehat – agar bertakwa. Kata ’agar’, tentu saja menunjukkan kedua hal itu sebagai ’akibat’ dari puasa. Barangsiapa berpuasa dengan baik, maka ’akibatnya’ adalah: memperoleh kualitas hidup yang lebih sehat, dan perilakunya lebih terkendali – bertakwa.

Penyebab puasa Ramadan ternyata dikaitkan oleh Allah dengan satu peristiwa penting yang terjadi di dalam bulan suci itu. Penjelasannya ada di dalam QS. 2: 185. ’’Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia ... Karena itu, barangsiapa di antara kalian berada di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di dalamnya...’’

Jadi, perintah berpuasa di bulan Ramadan, sebenarnya dikarenakan turunnya Alqur’an sebagai petunjuk kehidupan. Karena di dalam bulan itu turun Alquran, maka umat Islam diperintahkan untuk berpuasa. Untuk apa? Supaya umat Islam banyak mempelajari kitab penuh hikmah ini sambil mensucikan dirinya, dan kemudian memperoleh petunjuk. Sebab, kandungan Alquran memang hanya bisa dipahami dengan baik oleh orang-orang yang sedang berproses mensucikan diri. Diantaranya adalah para pelaku puasa, dalam arti sesungguhnya.

Maka, sungguh salah besar orang yang berpuasa tanpa mengkaji ayat-ayat Quran. Dan hanya bertahan untuk sekedar tidak makan dan tidak minum, atau mencegah dari hal-hal yang membatalkannya sampai matahari tenggelam. Bulan Ramadan adalah bulan produktif, yang disediakan oleh Allah untuk belajar dan berkarya. Yang dengan itu, diharapkan, kita bisa memperoleh hikmah dari ilmu-ilmu Allah yang dihamparkan di sekitar kita.

Hasilnya, keluar dari bulan Ramadan menjadi orang yang lebih bertakwa: terkendali dan bijaksana. Itulah, kenapa di akhir Ramadan Allah menurunkan Lailatul Qadr. Kaitannya menjadi sangat jelas. Perintah puasa disebabkan oleh turunnya Alquran, dan karena itu, orang-orang yang berpuasa dengan baik akan memperoleh hikmah Alquran di akhir puasanya. Yaitu, pada suatu malam yang mulia dan penuh hikmah.

’’Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang mendalam) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.’’ [QS. 2: 269].

Kita bersyukur, Ramadan ini bisa belajar banyak dari berbagai peristiwa yang terekam di sepanjang sungai Nil. Sebuah drama panjang selama ribuan tahun, yang Allah abadikan dalam berbagai artefak-artefak sejarah yang sangat berharga. Juga di dalam kitab-kitab suci. Semua itu untuk menjadi pelajaran dan bahan kajian agar generasi kemudian menjadi lebih baik.

’’Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah, dan jauhilah yang selain Dia". Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang tidak mempercayai.’’ [QS. 16: 36]

’’Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.’’ [QS. 11: 49]

Akhirnya, saya mengucapkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah, Sang Maha Berilmu, atas segala karunia dan rahmat-Nya. Mudah-mudahan Ramadan kali ini adalah Ramadan yang bertaburan hikmah yang bisa meningkatkan amal ibadah kita dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Saya mengucapkan terima kasih kepada Jawa Pos yang telah memberikan ruang untuk Kajian Ramadan bagi umat yang haus hikmah ini. Dan juga kepada tim Ekspedisi Sungai Nil atas kerja kerasnya, dan ketulusannya menggali hikmah bersama. Saya tidak tahu, apakah Ramadan depan kita bisa bertemu lagi untuk belajar hikmah seperti ini. Allahu a’lam...

Besok, kami merayakan Idul Fitri bersama masyarakat Indonesia di Kairo. Ribuan orang Indonesia dijadwalkan beramah tamah di masjid As Salam, Hay el Ashir, atas undangan Kedutaan Besar Indonesia di Ibukota Mesir. Sebelum itu, masyarakat Indonesia dan Duta Besar RI beserta seluruh staf menggelar Shalat Id, dimana saya didaulat untuk menjadi Khatibnya.

Saya mohon maaf tidak sempat membuat naskah khutbah untuk diperbanyak bagi jamaah, karena seluruh tenaga dan perhatian tercurah kepada Ekspedisi Sungai Nil ini. Tetapi, mudah-mudahan Allah tetap memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada kita semua. Keluar dari bulan Ramadan, semoga menjadi orang yang lebih bertakwa.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita selama Ramadan. Mengampuni dosa dan kesalahan kita. Dan selalu membimbing kita semua di dalam Ridha-Nya ... Amin ya rabbal alamin.

~ Salam ~

1 SYAWAL: Masjid Abul Abbas al Mursyi, Alexandria.
LAUT MEDITERANIA: mengakhiri ekspedisi di pantai Alexandria.
dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat

Tidak ada komentar: