Rabu, 22 September 2010

~ Merneptah, Firaun yang Tenggelam di Laut Merah

EKSPEDISI SUNGAI NIL (25)

oleh Agus Mustofa pada 04 September 2010 jam 11:36

~ Merneptah, Firaun yang Tenggelam di Laut Merah ~

dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat
sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu,
web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa
solat

Misteri besar yang masih belum terjawab tuntas adalah: siapakah Firaun yang bertarung melawan Musa, dan akhirnya mati tenggelam di Laut Merah itu? Karena, ternyata Ramses II yang merawatnya sejak kecil sudah meninggal dunia dalam usia tua.

Kematian Ramses II menyebabkan Merneptah naik tahta. Karena dialah anak laki-laki tertua yang masih hidup, setelah dua belas kakak laki-lakinya meninggal dunia sebelum masa pewarisan. Merneptah sudah berusia sekitar 50 tahun waktu diangkat sebagai Firaun. Hampir sebaya dengan Musa. Sebelumnya, dia adalah panglima perang Ramses II yang sangat terkenal. Dan menguasai ratusan ribu tentara.

Ketika berkuasa, Merneptah juga mengaku dirinya sebagai Tuhan. Kelakuan sewenang-wenangnya tak jauh dari bapaknya. Jika nama Ra Mses bermakna keturunan Dewa Matahari (Ra), maka nama Merne Ptah bermakna Kesayangan Dewa Pencipta (Ptah). Merneptah mengendalikan kekuasaannya secara diktator militer. Dia biasa menghukum siapa saja yang berani menentangnya, dan tak segan-segan membunuhnya dengan cara menyiksa terlebih dahulu.

Al Qur’an menggambarkan, Nabi Musa merasa menciut nyalinya ketika diperintahkan Allah untuk menemui penguasa negeri Mesir itu. ’’Pergilah kepada Firaun; sesungguhnya ia telah melampaui batas. Berkata Musa: Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,’’ [QS. 20: 24-25]

Maka, Musa meminta izin kepada Allah agar Harun yang masih saudara sepupunya diperbolehkan menemani dalam berdakwah. Apalagi, untuk menghadapi Firaun dengan balatentaranya yang terkenal bengis itu. ’’Sungguh, aku akan memotong tangan dan kakimu bersilangan secara timbal balik, kemudian sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." Demikian ancam Firaun kepada siapa saja yang berani menentangnya.

Termasuk kepada para tukang sihir yang terbukti kalah melawan Musa, dan lantas memberikan pengakuan bahwa Musa benar-benar seorang utusan Tuhan. Apa yang dibawa Musa bukanlah sihir, melainkan mukjizat. Maka, bertambah murkalah sang Firaun. Dia pun mengobarkan permusuhan kepada Bani Israil secara lebih keras. Bukan hanya membunuhi anak lelakinya, tetapi menyiksa dan menumpas bani Israil.  Pertarungan antara Musa dengan Firaun itu berjalan sekitar 10 tahun, yaitu selama masa pemerintahan Merneptah (1213 – 1203 SM).

Di zaman Merneptah inilah kemudian bangsa Israil diusir dari Mesir. Data ini terdapat di Museum Mesir, Kairo. Tertulis dalam huruf Hiroglif di sebidang batu granit yang dinamakan Prasasti Merneptah atau Israel Stela. Inilah satu-satunya prasasti yang menyinggung tentang Bani Israil dalam artefak para Firaun yang berkuasa sepanjang ribuan tahun, sebanyak 30 dinasti.

Tak tahan menghadapi kebrutalan Firaun dan balatentaranya, Musa mengajak seluruh Bani Israil untuk eksodus besar-besaran menuju Palestina. Yang paling dekat adalah menyeberangi laut, di teluk Suez. Ada 3 pendapat utama tentang lokasi penyeberangan ini. Yang pertama adalah di danau Ballah, yang posisinya dekat Laut Mediterania dibandingkan Laut Merah. Jaraknya lebih dari 150 km dari Memphis.

Yang kedua adalah danau Timsah  yang berjarak sekitar 120 km. Dan yang ketiga adalah ujung teluk Suez yang berjarak tidak sampai 100 km. Saya lebih condong alternatif yang ketiga ini, yaitu di ujung teluk Suez yang masih terhubung secara langsung dengan Laut Merah.

Ada alasan kuat yang mendasarinya. Yaitu, rombongan Musa sedang dikejar-kejar oleh tentara Firaun, dan mereka sedang berusaha sesegera mungkin untuk mencapai pantai. Karena, menurut QS. 20: 77 Musa dan rombongannya memang diperintahkan untuk berangkat pada malam hari menuju pantai, dan baru tersusul di pagi hari. Maka yang terdekat adalah teluk Suez. Ayat itu menyebut laut sebagai tempat penyeberangan, bukan danau.

Selain itu, perjalanan ratusan ribu orang ini dilakukan dengan berjalan kaki. Tentu, mereka memilih jarak yang terdekat. Dan pada pagi hari mereka segera tersusul oleh pasukan Firaun. Jika kecepatan berjalan mereka sekitar 15 km/ jam maka rombongan ini sampai di pantai sekitar 6-7 jam. Sudah memasuki waktu  pagi.

’’Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sungguh Tuhanku besertaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku". [QS. 26: 61-62]
Dan benarlah apa yang menjadi keyakinan Musa. Allah memberikan pertolongan di luar dugaan. Karena, dia sendiri sebetulnya tidak tahu harus melakukan apa saat rombongan Bani Israil sampai ke tepi pantai, sementara tentara yang dipimpin Firaun sudah kelihatan semakin mendekat.

Maka Allah memerintah Musa untuk memukul laut dengan tongkat yang dibawanya. Seketika itu bumi bergetar, diperkirakan terjadi gempa tektonik yang menyebabkan terjadinya Tsunami. Air laut pun surut beberapa saat, sehingga memberi kesempatan kepada rombongan Musa untuk menyeberang. Tetapi, malang menghadang pasukan Firaun. Mereka yang sedang mengejar Bani Israil itu digulung oleh ombak menggunung yang datang kemudian.

’’ Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu (Musa), lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.’’ [QS. 2: 50].

* * *

Musa, sang utusan Allah, akhirnya bisa mengalahkan Firaun. Penguasa yang mengaku dirinya sebagai Tuhan itu pun tenggelam bersama ribuan tentara yang dikerahkan untuk membasmi Bani Israil. Allah menyelamatkan jasadnya untuk dijadikan pelajaran bagi umat yang hidup kemudian.
’’Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Firaun) supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.’’ [QS. 10: 92]

Jenazah Firaun diketemukan beberapa hari kemudian oleh masyarakat di tepi pantai, dan lantas diserahkan kepada pihak kerajaan. Keganasan Firaun Merneptah pun runtuh dalam sepuluh tahun kekuasaannya. Jasadnya dimumifikasi, dan dikubur di Lembah Raja, di makam keluarga KV-5. Kini muminya bisa disaksikan di Museum Mesir, Kairo, dibaringkan berdekatan dengan ayahnya, Ramses II.

Tetapi menariknya, warna kulit mumi Merneptah berbeda dibandingkan dengan mumi-mumi lainnya. Mumi Firaun yang satu ini berwarna pucat keputih-putihan. Diduga, karena jenazahnya terendam air laut selama beberapa hari, saat tenggelam di Laut Merah..!

Bersambung besok: //Dipukul Tongkat Musa, Batu Menyemburkan Air//

Tempat penyeberangan Musa, kini menjadi tempat berlalu lalangnya kapal-kapal besar.
dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat
sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu,
web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa
solat

EKSPEDISI SUNGAI NIL (26)

oleh Agus Mustofa pada 05 September 2010 jam 14:24

~ Tongkat Musa, dan Perjuangan Membimbing Umatnya ~

Menyeberangi Teluk Suez kami memasuki benua Asia. Namun, karena masih berdekatan dengan benua Afrika, suasananya tak terlalu jauh berbeda. Sepanjang mata memandang terlihat gurun pasir yang tandus, berhias bukit-bukit batu. Inilah kawasan Gurun Sinai yang terkenal itu. Sinai utara penuh dataran padang pasir, Sinai selatan penuh dengan perbukitan batu.

Untuk menyeberanginya kami tidak perlu mengunakan kapal Feri, tetapi menggunakan terowongan bawah laut sepanjang 1,5 km. Ini adalah jarak penyeberangan yang paling dekat antara benua Afrika dan Asia. Diperkirakan di sekitar daerah ini pula Musa melakukan penyeberangan saat dikejar Merneptah. Tempat penyeberangan Bani Israil itu kini menjadi tempat lalu lalangnya kapal-kapal berukuran besar dari kawasan Eropa menuju Asia ataupun sebaliknya.

Keluar dari terowongan kami menyusuri pantai untuk menuju gunung Sinai atau yang dikenal juga sebagai Jabbal Musa. Jaraknya sekitar 415 km dari Kairo. Atau sekitar 300 km dari terowongan Teluk Suez. Pemandangan di kanan kiri kami sangat kontras, namun indah luar biasa. Di sebelah kiri, kami menyaksikan perbukitan batu yang kering kerontang. Tapi di sebelah kanan kami adalah laut luas yang membiru. Ya, kami sedang menyusuri pantai Teluk Suez ke arah selatan.

Kawasan Sinai sangat bersejarah karena menjadi saksi berbagai peristiwa eksodusnya Bani Israil dari negeri Mesir. Sebelum memasuki Palestina yang menjadi tujuan akhir mereka, Bani Israil sempat bertahun-tahun berada di kawasan tandus ini. Banyak kejadian-kejadian menarik yang menyertai perjalanan Bani Israil itu.

Setelah keberhasilan Musa memimpin Bani Israil keluar dari Mesir, Musa bersama umatnya menuju ke Gunung Sinai. Musa ingin bermunajat dan bersyukur kepada Allah atas perlindungan yang diberikan-Nya. Dan mohon bimbingan untuk membawa umatnya ke tanah harapan, yaitu Palestina.

Musa meninggalkan Bani Israil di kaki Sinai, dalam pimpinan saudaranya, Nabi Harun. Ia berjanji akan pulang setelah 30 hari bermunajat di puncak Sinai. Maka, Musa pun berpuasa selama 30 hari untuk mensucikan jiwa raganya, agar bisa kerkomunikasi dengan Allah lebih jernih. Ternyata, Allah memerintahkan untuk menyempurnakan puasanya menjadi 40 hari. Lantas, Musa memperoleh wahyu Taurat bagi umatnya.

Digambarkan Musa berdialog langsung dengan Allah, sehingga dia memperoleh julukanKalimullah di dalam al Qur’an, yakni orang yang diajak bicara langsung oleh-Nya. ’’Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu diantara manusia yang lain, untuk membawa risalah-Ku. Dan untuk berbicara langsung dengan-Ku. Karena itu, berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu. Dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [QS. 7: 144].

Sayang, sepulang Musa dari Puncak Sinai, kaumnya justru terpengaruh ajakan Samiri untuk beribadah mengikuti agama pagan lagi. Mereka menyembah patung sapi, buatan Samiri, yang juga salah satu kaum Musa. Dengan alasan, Musa hilang di puncak Sinai. Dan Tuhan Musa adalah kebohongan semata, karena tidak bisa dilihat. Tuhan yang benar, adalah seperti yang telah mereka kenal selama di Mesir, yaitu Dewi Hathor yang bertanduk sapi, dan Apis sang Dewa Sapi.

Tentu saja Musa marah dan sedih bukan main. Dihajarnya Samiri, dan dilemparkannya patung Sapi itu. Bahkan Nabi Harun pun dipegang kepalanya, hendak dihajar juga. Namun, Harun bisa menenangkan kembali Musa. Dan menjelaskan bahwa keterlambatan Musa pulang menyebabkan Samiri bisa mempengaruhi Bani Israil yang lemah iman untuk kembali ingkar.

Bukan hanya itu, Bani Israil pun lantas meminta Musa untuk menunjukkan keberadaan Allah sebagai Tuhan yang bisa terlihat. Tentu saja Musa gemetar, karena sesungguhnya ia baru melakukan permintaan yang sama kepada Allah ketika sedang di puncak Sinai. Saat itu, bukit tempat dia berpijak bergetar hebat, dan bebatuan di sekitarnya hancur berantakan. Dan, Musa pingsan.

Kini, permintaan itu juga diucapkan oleh umatnya, dan kemudian Allah menunjukkan Kekuasaan-Nya lagi dengan menurunkan halilintar. ’’Dan (ingatlah), ketika kalian (bani Israil) berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas", karena itu kalian disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.’’ [QS. 2: 55].

Setelah bisa menguasai kembali umatnya, Musa mengajak mereka untuk menuju ke Palestina. Itulah tanah yang dijanjikan bagi bani Israil untuk bermukim dengan tenang. Tetapi, saat itu Palestina sedang dalam kekuasaan bangsa lain, yang tidak menghendaki Bani Israil bermukim di dalamnya. Padahal, sebenarnya mereka memiliki hak atas tanah Palestina, karena nenek moyang mereka dari kawasan ini.
Musa mengajak mereka untuk menuntut hak itu, meskipun untuk itu harus berperang. Sayang, sebagian besar Bani Israil tidak mau melakukannya. Mereka justru ketakutan, dan memilih untuk mengembara di sekitar gurun Sinai, yang dikenal sebagai Padang Tiih. Kisah itu diceritakan panjang lebar dalam QS.5: 21-26.

’’Allah berfirman: (Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan) orang-orang yang fasik itu.’’ [QS. 5: 26]

Maka, menderitalah Bani Israil selama empat puluh tahun di Gurun Sinai. Mereka hidup berpindah-pindah dari satu kawasan ke kawasan yang lain. Untungnya Allah masih sangat pemurah kepada mereka. Sehingga mereka memperoleh makanan yang ada di daerah tandus itu. Diantaranya yang diterangkan oleh al Qur’an adalah Manna dan Salwa, yaitu sejenis madu dan burung puyuh. Dengan makanan itu, mereka memperoleh sumber karbohidrat, protein dan lemak untuk kehidupannya.

Mereka juga menyuruh Musa untuk memintakan air kepada Allah, dengan cara yang memojokkan. Kalau seandainya Tuhan Musa benar-benar ada, maka mereka minta diberi sumber air di padang tandus itu. Dengan sabar, Musa memintakannya kepada Allah. Dan kemudian, dia diperintah Allah untuk memukulkan tongkatnya ke bebatuan. Maka, menyemburlah mata air-mata air dari pecahan bebatuan itu. Jumlahnya 12 buah,  sebanyak suku Bani Israil yang menjadi umat Nabi Musa. Mata air yang dikenal sebagai Uyun Musa ini, masih bisa dilihat bekasnya di padang pasir Sinai.

Bukan hanya itu, mereka kemudian meminta lagi dengan cerewetnya, agar Musa memintakan kepada Tuhannya: segala macam sayuran, buah-buahan, rempah-rempah dan segala macam yang mereka butuhkan, sehingga membuat Musa marah. Padahal, kata Musa, mereka bisa memperoleh itu di kota-kota terdekat, karena tak mungkin mendapatkannya di gurun Sinai yang tandus.

Akhirnya, Musa memutuskan untuk bersabar dalam membimbing umatnya. Ia menunggu Bani Israil sampai melahirkan generasi berikutnya. Pelajaran sabar itulah yang ia peroleh dari Nabi Khidr, ketika Allah memerintahkkan untuk berguru kepadanya. Empat puluh tahun kemudian, Musa berhasil mendidik generasi muda Bani Israil untuk berjuang memasuki negeri harapan, yakni Palestina. Sayang ia terburu meninggal dunia, sebelum Bani Israil berhasil masuk ke kota suci itu...!

Bersambung besok: //Mendaki Gunung Sinai di Waktu Sahur//

dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat

UYUN MUSA: sumur tua di gurun Sinai yang dipercaya sebagai salah satu sumber mata air Bani Israil.
dons" title="Ebook islam, shalat sempurna, cara shalat nabi, shalat berjamaah di masjid, shalat khusyu, web islam, jadwal waktu shalat, artikel islami, makna bacaan dan doa salat">Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat

Tidak ada komentar: