Jumat, 27 Januari 2012

KETIKA RUH BERTEMU DENGAN ‘KUALITAS RUH’

<a href="http://instaforex.com/id/forex_bonus.php?x=BIHQ">InstaForex</a>


‘MENGINTIP’ EKSISTENSI RUH (6-habis)
oleh Agus Mustofa

~ KETIKA RUH BERTEMU DENGAN ‘KUALITAS RUH’ ~



ADA tiga belas kali Al Qur’an menyebut tentang ‘Ruh’. Yang 7 kali untuk menceritakan Ruh pada manusia. Yang 3 kali menggambarkan Ruh terkait dengan malaikat. Satu kali untuk menyebut Al Qur’an sebagai Ar ruh. Dan yang dua kali menggunakan istilah Ruh dengan makna ‘Rahmat’.



Yang bercerita tentang ruh manusia itu terdapat pada ayat-ayat berikut ini: /QS.15: 29/ QS. 21: 91/ QS. 4: 171/ QS. 17: 85/ QS. 32: 9/ QS. 38: 72/ QS. 66: 12/. Sedangkan yang terkait dengan malaikat adalah ayat-ayat QS. 78: 38/ QS. 19: 17/ dan /QS. 16: 102/. Yang terkait dengan Al Qur’an: /QS. 42: 52/. Dan yang bermakna ‘rahmat Allah’ diulang dua kali dalam di QS. /12: 87/.



Maka, secara umum kita bisa memperoleh kesimpulan yang cukup menarik dari ayat-ayat tersebut di atas, dengan ringkasan sebagai berikut.



1. Allah tidak pernah menggunakan kata ‘menciptakan’ Ruh. Melainkan langsung menggunakan kata ganti kepemilikan terhadap Ruh: Ruuhii (Ruh-Ku), Ruuhina (Ruh-Kami), dan Ruuhihi (Ruh-Nya), yang kemudian ditiupkan kepada manusia, sehingga terimbas oleh Sifat-Sifat-Nya.



2. ‘Firman’ Allah ternyata disebut dengan istilah Ar Ruh juga. Sayangnya di Al Qur’an keluaran Depag diterjemahkan sebagai ‘wahyu’, sehingga kalimatnya menjadi: ‘…mewahyukan wahyu..’ Padahal aslinya adalah: ‘…auhayna ilaika ruuhan…’ yang mestinya diterjemahkan: ‘… Kami wahyukan kepadamu Ruh (al Qur’an)…’



QS. Asy Syuura (42): 52

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ‘wahyu’ (ruuhan) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk (manusia) ke jalan yang lurus.



3. Sebutan Ar Ruh juga disematkan kepada malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu berupa Firman Allah (Al Qur’an) yang juga disebut Ar Ruh itu. Sehingga terjadi korelasi yang sangat menarik antara Allah Sang ‘Pemilik Ruh’ yang mewahyukan Ar Ruh (firman-Nya), lewat malaikat Jibril yang juga disebut Ruh al Quds.



QS. An Nahl (16): 102

Katakanlah: "Ruh al Quds menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".



4. Dan lebih menarik lagi, bahwa di dalam diri manusia ada ‘Ar Ruh’ juga. Yakni, Ruh-Nya yang telah dihembuskan ke dalam diri kita sebagai potensi dasar kehidupan, yang membawa Sifat-sfat Ketuhanan. Ruh dalam skala kemanusiaan inilah yang menjadi standar kesucian jiwa manusia. Siapa saja yang bisa mensucikan jiwanya, maka ia telah memproses jiwanya menuju kualitas Ruhiyah. Dan siapa saja mengotori jiwanya dengan dosa-dosa, maka ia sedang menggiring jiwanya ke kualitas badaniyah.



QS. Asy Syams (91): 9-10

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya (ke arah kualitas ruhiyah), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (ke arah kualitas badaniyah).



5. Jadi turunnya wahyu Allah yang berkualitas Ruh (Al Qur’an) itu hanya bisa dibawa oleh Ruh (Jibril), kepada orang-orang yang mensucikan jiwanya menuju kualitas Ruh. Disinilah terjadi kondisi matching antara wahyu – malaikat – manusia suci. Ini juga menjadi penegas, bahwa wahyu Allah yang suci hanya akan turun kepada orang-orang yang mensucikan dirinya saja. Misalnya, para Nabi. Atau, Siti Maryam saat mensucikan dirinya sehingga didatangi oleh malaikat Jibril dan menyampaikan kalimat-Nya. Dan dilanjutkan dengan masuknya Ar Ruh ke dalam rahim Siti Maryam.



QS. At Tahrim (66): 12

Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kesuciannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari Ruh Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.



QS. An Nisaa’ (4): 171

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Ruh-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara



6. Yang juga sangat menarik, istilah Ruh digunakan pula untuk menggambarkan rahmat Allah. Salah satu sifat Allah yang paling banyak disebut di dalam Al Qur’an, dan kemudian terurai menjadi sifat Rahman dan Rahim, alias Kasih dan Sayang.



QS. Yusuf (12): 87

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah (ruuhillah). Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah (ruuhillah), melainkan kaum yang ingkar.



7. Maka, kita bisa merangkum seluruh pemahaman terhadap Ruh itu secara holistik. Bahwa, orang-orang yang ingin bertemu Allah Sang Pemilik Ruh, sebenarnya telah diberi jalan lewat jalur ‘Ar Ruh’. Yakni, Firman-firman-Nya di dalam Al Qur’an Al Karim. Caranya, adalah dengan mensucikan Jiwa kita menuju kualitas Ruh yang sudah ada di dalam diri kita terlebih dahulu.



Sucikanlah jiwa dari segala perbuatan dosa, sambil membaca dan memahami Al Qur’an untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka Allah akan mendatangkan malaikat Ruh al Quds untuk menyampaikan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam Firman-firman-Nya, dihunjamkan ke dalam jiwa kita. Inilah yang terjadi pada sebuah malam yang mulia di Bulan Ramadan, yakni Lailatul Qadr, sebagai simbol proses pensucian diri manusia ‘mendekati’ kualitas Ruhnya.



Di bulan turunnya al Qur’an itu, orang-orang yang beriman diperintakan untuk berpuasa agar mengalami proses pensucian diri selama sebulan penuh. Sepanjang bulan kita dianjurkan untuk membaca dan menelaah Al Qur’an. Dan khusus di akhir-akhir Ramadan diintensifkan dengan i’tikaf. Maka, di akhir Ramadan Allah akan menurunkan para malaikat yang mengiringi Ar Ruh (Jibril) untuk membawa isi kandungan Ar Ruh (Al Qur’an), kepada jiwa-jiwa suci yang telah mendekati kualitas Ruh di dalam dirinya sendiri. Sehingga bertemulah Sang Ruh dengan jiwa manusia yang telah 'mendekati' kualitas Ruh-Nya, dalam skala kemanusiaan. Itulah saat-saat ruh kemanusiaan kita memendarkan Sifat-sifat Ruh Sejati yang penuh kemuliaan..!



QS. Al Qadr (97): 1-7

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ar Ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.



~ Salam Mengintip Eksistensi Ruh ~


<a href="http://instaforex.com/id/forex_bonus.php?x=BIHQ">InstaForex</a>

Tidak ada komentar: