Kamis, 03 Mei 2012

~ APLIKASI KONSEP TAKDIR & KEHENDAK (1-habis) ~

ALLAH TAK INGIN MEMPERSULIT HAMBANYA

Sahabat DTM, sudahlah lupakan saja pembahasan tentang Takdir secara FILOSOFIS dan TEKNIS itu. Anggap saja Anda baru nonton film hologram, ataupun telah mengalami ‘ilusi penglihatan’, hhehe..! Saya mohon maaf jika telah bikin puyeng Anda dengan pembahasan yang ‘terkesan rumit’. Tetapi, itu memang harus saya lakukan karena ada yang menanyakannya. Dan, saya harus ‘bertanggungjawab’ untuk menjaga model pemahaman Islam yang saya usung dalam forum Diskusi Tasawuf Modern ini.

Tapi, Allah saja tak ingin mempersulit hamba-Nya. Ya, masa’ saya mencari-cari cara untuk terus bikin puyeng Anda. Bagi saya, sudah cukuplah penjelasan saintifik yang telah saya uraikan dalam 9 notes ini. Dan di tulisan ke sepuluh ini, saya ingin mengajak Anda untuk ‘mengendorkan saraf’ dalam memahami Takdir dan Kehendak-Nya secara OPERASIONAL saja. Sehingga, kita bisa langsung mengaplikasikannya secara mudah dalam kehidupan sehari-hari.

QS. Al Baqarah (2): 185
…  Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…

Secara praktis dan operasional, sebenarnya saya sudah menguraikan konsep Takdir ini lebih mudah dalam buku serial ke-7: MENGUBAH TAKDIR. Bagi yang baru mengikuti materi takdir di forum ini, ada baiknya Anda membaca buku tersebut. Tidak harus beli di toko buku, bisa juga pinjan kepada teman Anda yang sudah punya. Sedangkan materi takdir yang lebih sulit - bersifat filosofis & teknis -  ada dalam buku serial ke-21: MEMBONGKAR TIGA RAHASIA.

Prinsip dasarnya, TAKDIR adalah ‘ketetapan’ Sang Pencipta bagi makhluk-Nya. Ada ketetapan yang terjadi tanpa campur tangan kita, dan ada yang bisa kita pengaruhi dengan usaha. Ketetapan yang tidak bisa kita campur-tangani itu disebut Qadar. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ‘Kadar’ alias kapasitas. Contohnya: Anda terlahir sebagai seorang laki-laki, atau perempuan. Di Indonesia. Dari orang tua yang ini. Pada tahun sekian. Dan seterusnya. Anda sama sekali tidak bisa ikut campur urusan Tuhan. Tiba-tiba saja Anda sudah terlahir dengan Qadar demikian. Apakah ini takdir? Ya, itulah takdir. Atau ‘ketetapan Allah’ yang sudah terjadi pada Anda saat itu.

Ketetapan Tuhan yang lain adalah Qodlo. Ini adalah ketetapan Tuhan yang bisa Anda campur-tangani. Sehingga, Qadar yang sudah terjadi pun bisa Anda ubah menjadi ketetapan yang berbeda dari sebelumnya. Misal, Anda terlahir sebagai seorang laki-laki. Tapi, Anda ingin menjadi perempuan. Pertanyaannya: apakah Anda bisa mengubah Takdir Anda sebagai laki-laki itu menjadi perempuan? Tentu saja bisa, kenapa tidak?!

Datanglah kepada dokter bedah kelamin. Dan lakukan operasi ganti kelamin serta lakukan suntik hormon, sehingga memunculkan tanda-tanda fisik sebagai seorang perempuan. Setelah itu, datanglah ke kecamatan atau pengadilan untuk mengubah status KTP Anda. Maka, Anda pun sudah resmi menjadi perempuan. Anda telah mengubah Takdir Anda di masa lalu menjadi takdir sekarang, yang sama sekali berbeda.

Bahwa, Anda kemudian tidak puas dengan hasil operasi ganti kelamin tersebut, itu urusan yang berbeda. Tetapi, secara biologis dan sosial Anda telah menjadi wanita..! Ini menjadi bukti bahwa Takdir memang bisa diubah, karena Allah telah memberikan peluang untuk terjadinya perubahan itu. Jadi Takdir adalah ketetapan yang bersifat Qadar dan Qodlo secara simultan. Bagaimana penjelasan teknis-filosofisnya? Lhaa, kalau yang ini Anda mengajak untuk puyeng lagi..! Baca saja, notes saya sebelumnya ya.. :)

Salah satu permasalahan mendasar dalam memahami Takdir adalah pada definisi tentang ‘Takdir’ itu sendiri. Ada yang mengatakan Takdir adalah ketetapan Allah yang ‘sudah ditentukan sebelumnya’. Dan ada pula yang mendefinisikan Takdir sebagai ketetapan yang seiring proses. Tetapi, kalau Anda mau memahami notes saya yang lalu, Anda akan memperoleh kesimpulan bahwa Takdir Allah tidak ditetapkan sebelumnya, melainkan ditetapkan real-time seiring dengan kejadian.

Begitu Anda berhasil operasi ganti kelamin, misalnya, ya saat itu pula Allah menakdirkan Anda telah berubah status dari laki-laki menjadi wanita..! Tidak ditentukan sebelumnya. Dan, itu baru kita ketahui setelah terjadi. Karena manusia memang mengambil kesimpulan berdasar bukti nyata yang dihadapinya.

Maka, bagi saya Takdir adalah realitas yang terjadi. Bukan yang belum terjadi. Lantas, apakah bisa diubah? Jawabnya jelas: bisa. Bagaimana cara mengubahnya? Ya, diusahakan. Kalau gagal? Ya berarti takdirnya: gagal. Sebagaimana juga bisa ‘sukses’. Semua itu bergantung pada usaha manusia ataukah kehendak Allah? Baca saja penjelasan Allah sendiri dalam ayat berikut ini.

QS. Ar Ra’d (13): 11
 Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubahkeadaan yang ada pada diri mereka sendiri

Menurut ayat di atas, siapakah yang memiliki kewenangan dan kemampuan untuk mengubah atau tidak mengubah? Jawabnya jelas: Allah. Tapi siapakah yang harus melakukan proses berubah itu? Jawabnya juga jelas: manusia. Artinya, berusahalah untuk mengubah keadaan Anda sekarang, agar Allah melakukan perubahan pada keadaan Anda berikutnya. Berpindah dari ‘Takdir saat ini’ ke ‘Takdir selanjutnya’.

Saya kira sudah sangat jelas tuntunan Allah dalam soal ‘mengubah takdir’ ini. Itu kalau Anda sepakat dengan saya bahwa Takdir adalah ketetapan yang ditentukan Allah seiring proses. Tetapi, jika Anda berpendapat bahwa Takdir adalah ketetapan Allah di ‘zaman dulu’, maka hasilnya akan mbuleti dan bikin puyeng Anda sendiri. Baik secara teknis-filosofis maupun teknis-operasional.

Akan muncul kontradiksi yang membingungkan.
Misal: Takdir Anda ini sebenarnya laki-laki ataukah perempuan?
Jawabnya: hanya Allah yang tahu. Bisa laki-laki, bisa perempuan. Bergantung… (?)

Terus: Takdir kelahiran Anda ini sebenarnya tanggal, bulan, dan tahun berapa ya?
Masa dijawab: hanya Allah yang tahu. Allah dulu menakdirkan saya tanggal berapa ya… (?)

Lha, sekarang ini Anda ditakdirkan sehat ataukah sakit?
Jawabnya juga: nggak tahu. Hanya Allah yang tahu.. (?)
Apa nggak tambah puyeng.. :(

Padahal, kalau Anda mendefiniskan Takdir sebagai ketetapan Tuhan yang telah ‘terbukti’ terjadi, akan dengan sangat mudah Anda menjawabnya. Bahwa Takdir Anda adalah terlahir sebagai seorang laki-laki, misalnya. Demikian pula, saya ditakdirkan Allah lahir tanggal 16 Agustus 1963. Dan saya,sekarang ditakdirkan Allah sehat, Alhamdulillah. Dan seterusnya…

Lantas, ada pertanyaan lanjutan begini misalnya:
Okelah, kalau Takdir ditetapkan seiring proses, apakah Anda tahu kapan Takdir kematian Anda?
Tentu saja saya menjawabnya: tidak tahu. Karena Takdir Allah itu kan belum jatuh kepada saya. Tapi, nanti ketika Allah sudah menakdirkan saya menemui ajal, Anda semua akan tahu bahwa takdir Allah atas saya adalah mati tanggal sekian, dengan cara begini dan begitu..! Sederhana bukan?

Sama juga dengan pertanyaan begini:  
kira-kira takdir Anda kelak masuk neraka ataukah masuk surga?
Bagi saya, belum tentu. Karena Takdir tersebut memang belum dijatuhkan kepada saya. Masih menunggu usaha yang saya lakukan dalam mengubah takdir yang telah saya peroleh. Katakanlah, sampai hari ini saya adalah orang jahat yang banyak dosa, maka ‘mestinya’ takdir saya kelak adalah masuk neraka. Karena Allah memang sudah memberikan kriteria siapa orang-orang yang pantas masuk neraka.

QS. Az Zukhruf (43): 74
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka jahanam.

Tetapi, kalau saya kemudian mengubah keadaan saya menjadi lebih baik: banyak melakukan amal kebajikan, bermanfaat sebesar-besarnya bagi umat manusia, dan bertaubat memohon ampunan atas segala dosa saya; mestinya saya bisa masuk surga. Karena, Allah juga sudah memberikan kriteria tentang siapa orang-orang yang pantas masuk surga itu. Masak kita nggak percaya kepada firman-firman Allah?

QS. Al Baqarah (2): 82
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.

QS. Al Maa-idah (5): 39
Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS. Az Zumar (39): 53
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS. Ali Imran (3): 133
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Jadi, kalau sudah diampuni itu jaminannya adalah surga, seperti dijelaskan ayat di atas. Karena itu Allah mengajari orang-orang berdosa segera datang kepada-Nya untuk mohon ampun. Apa pun dosanya, pasti diampuni-Nya. Bahkan, mereka yang sudah dicap melampaui batas sekali pun. Karena, sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang…

Maka, dalam konteks ini kita bisa memahami ayat berikut ini yang mengatakan bahwa untuk bisa masuk surga, kita memang harus berusaha dan membuktikan kualitas kita. Hanya orang-orang yang sudah terbukti perjuangan dan kesabarannya sajalah yang bakal masuk surga. Yang belum terbukti melakukan jihad (memperjuangkan kebajikan di jalan Allah) dalam kesabaran, belum pantas memperoleh Takdir masuk surga.

QS. Ali Imran (3): 142
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum terbukti bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum terbukti orang-orang yang sabar.

Maka, ringkas kata, Anda tak harus berpuyeng-puyeng untuk memahami konsep Takdir dalam tataran teknis-filosofis. Serahkan saja kepada mereka yang suka filsafat atau yang belajar di Fakultas Ushuluddin. Saya dan Anda, saya kira, lebih enak memilih yang praktis-operasional sajalah. Karena, hidup ini memang harus dijalani secara praktis, bukan untuk diperdebatkan dalam skala filosofis, iya kan..?!

QS. Al Hasyr (59): 18
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Wallahu a’lam bishshawab
Oleh Agus Mustofa


~ Salam Mengubah Takdir menjadi Lebih Baik ~

Tidak ada komentar: