Kamis, 07 Oktober 2010

~ Bayar Ratusan Juta pun Harus Tunai ~(mesir3)



Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat



Perpaduan antara tradisi kuno-modern di Mesir menghasilkan budaya yang unik dan eksotik. Saya benar-benar tidak habis pikir, ketika membeli mobil di sebuah diler besar di Kairo harus membayar dengan uang tunai. Saya sampai bertanya dua kali kepada Muhammad Husni yang melayani pembelian, apakah benar saya tidak bisa membayar mobil dengan menggunakan kartu bank. Sambil tersenyum dia menjawab: ’’ma’aleisy ya basya (maaf tuan), memang harus begitu. Kami ingin yang pasti-pasti saja...’’.

Saya agak sulit menerima hal ini, terutama membayangkan orang lain yang membeli mobil-mobil dengan harga jauh lebih mahal dari yang saya beli. Tentu mereka harus membawa tas lebih besar untuk mewadahi duitnya, sekaligus harus selalu ’tolah-toleh’ke kanan kiri untuk mewasdai tindakan kriminal.

Hal kedua yang membuat saya sulit menerima adalah, karena saya tidak punya cukup uang cash untuk membayarnya. Saya harus mengambil uang di bank lewat ATM terlebih dulu, sebab saya memang tidak menyiapkan rekening di bank setempat ataupuntravellers cheque. Padahal, kalau mengambil lewat ATM, tentu harus berkali-kali, tidak bisa sekaligus. Saya hitung, saya harus bolak-balik ke ATM sebanyak 20 kali. Itu artinya, saya harus menunggu 20 hari, baru bisa memperoleh uang cash sebanyak itu. Padahal, saya membutuhkan mobil segera, untuk jadi ’kaki’ kesana kemari. Sewa mobil tentu jauh lebih mahal, dibandingkan kalau saya membeli baru, dan kemudian kelak dijual lagi ketika mau pulang ke Indonesia.

Saya memutar otak dan mencari informasi, untuk memperoleh uang tunai secara cepat. Akhirnya, saya mendapatkan caranya, yaitu menggunakan jalur ‘ATM swasta’. Ini adalah bisnis unik yang dikelola oleh para alumni al Azhar, disebabkan budaya bayar tunai seperti yang saya alami tersebut.

Mahasiswa Indonesia biasa mengirimkan uang dari Indo ke Mesir dengan memanfaatkan jasa ‘ATM swasta’ itu. Yang di Indo cukup mentransfer uang kirimannya ke rekening operator atau menyerahkan uang tunai dalam bentuk rupiah, dan dalam waktu sehari kemudian sudah bisa diambil dalam bentuk LE - pound Mesir - ataupun USD di Kairo. Mereka dikenakan biaya kirim sebesar Rp 50 ribu untuk kiriman senilai USD 250 pertama. Selebihnya, kena tambahan Rp 15 ribu, untuk kelipatannya.

Ini benar-benar mujarab untuk mengatasi masalah saya. Daripada saya harus menunggu 20 hari untuk mengumpulkan uang dari ATM, lebih baik saya memanfaatkan jasa ‘ATM swasta’. Maka, malam itu juga saya transfer uang rupiah ke rekening operator di Indonesia, dan besoknya saya memperoleh kabar dari operator di Mesir, bahwa uangnya sudah bisa diambil.

Cuma, lucunya, uang yang saya terima itu campuran dolar AS dan pound Mesir. Stok pound mereka tidak mencukupi. Sehingga sebagian besarnya saya terima dalam bentuk dollar. Itupun uang kertas yang agak lecek-lecek dan banyak pecahan kecil. Tapi tidak masalah. Di Mesir, dollar yang lecek-lecek tetap laku. Bahkan yang sudah dicorat-coret juga masih diminati. Berbeda dengan di Indonesia, lecek sedikit sudah tidak laku. Nomer seri agak lama, juga tidak laku. ’’Disini, jangankan lecek atau seri lama, yang robek pun masih laku keras,’’ tegas Herman, operator ATM swasta itu, lantas tertawa.

’’Alhamdulillah, akhirnya saya tidak perlu menunggu 20 hari’’, batin saya. Saya pun langsung menuju ke Ash Sharafah alias Money Changer untuk menukar uang USD ke LE. Ternyata benar kata mahasiswa al Azhar itu, tidak ada masalah berarti dengan uang dollar yang lecek dan pecahan kecil-kecil. Dengan cepat saya bisa menerima uang pound sejumlah yang saya maui, dan kursnya tetap bagus.

Maka, meluncurlah saya ke diler mobil ’Auto Samir Rayan’ membawa gepokan uang tunai. Pembayaran di bagian kasir mirip di bank. Tersedia beberapa mesin penghitung uang kertas, seperti teller bank saja layaknya. ’’Untung tidak menghitung pakai jari,’’ pikir saya. Tentu, akan sangat merepotkan jika menghitung omset miliaran rupiah secara manual. Bisa ’keriting’ jarinya.

Seusai transaksi, mobil langsung bisa dibawa pulang. Tanpa nomer polisi, hanya berbekal Surat Keterangan Diler yang berlaku sebulan, dan berlaku sebagai STNK sementara. Saya sudah boleh mengendarainya kemana-mana.  Sekali lagi, tanpa nomer polisi. Namun, karena kebiasaan di Indonesia, saya merasa tidak nyaman dengan mobil tanpa nomer polisi. Dan segera mengurus STNK ke kepolisian.

Ternyata pengurusannya cepat. Hanya dalam hitungan jam saja, sudah bisa memperoleh STNK. Tanpa BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor). Ya, di Mesir, mobil tidak menggunakan BPKB. Cukup STNK – yang dalam bahasa slank Mesir dikenal sebagai Rukhshoh Arabiyyah. Atau, surat jalan untuk ’gerobak’. Sedangkan SIM disebut dengan istilah Rukhshoh Qiyadah, surat izin mengemudi.

Rasanya ada yang mengganjal di hati. Bagaimana mungkin saya membeli mobil tanpa memiliki bukti kepemilikan (BPKB). Cuma STNK, yang setara dengan ’surat jalan’. Kalau ada apa-apa dengan mobil itu, lantas bagaimana membuktikan bahwa mobil itu milik saya? Karena STNK bisa dipegang oleh siapa saja yang mengendarai mobil.

Pertanyaan seperti ini, dibantah tegas oleh polisi yang melayani, dengan pertanyaan: ’’Apakah Anda tidak percaya kepada kami?!’’ Oh, agak repot juga kalau sampai dia tersinggung. Akhirnya, saya puas-puaskan dan mantap-mantapkan dalam hati untuk membeli mobil tanpa BPKB seperti itu. Hanya berbekal ’surat jalan’.

Menurut kawan-kawan yang sudah memiliki mobil lebih dulu, memang begitulah di Mesir. Jika terjadi apa-apa dengan mobil, kita cukup melapor dengan menyerahkan STNK ~ jika STNK-nya tidak ikut hilang. Jika STNK-nya pun hilang, cukup menyebutkan nomer mobil. Misalnya, mobil saya dalam bahasa Arab bernomer ~ shad sin nun 859. Maka, mereka sudah bisa mencarinya dengan akurat.

Dari pengalaman seorang kawan, polisi bisa menemukan mobil yang hilang dalam waktu maksimum seminggu. Kebetulan ia berbisnis rental mobil.  Dan suatu ketika ia kehilangan dua mobil sekaligus. Hilang bersama STNK-nya. Maka, ia melapor berdasar nomer mobil saja. Dan benar-benar bisa ketemu dalam waktu relatif cepat! Tentu saja dia harus membayar untuk itu. Kisaran biayanya adalah 10 ribu – 20 ribu pound per mobil. Atau setara dengan Rp 17 juta – Rp 34 juta.

Biaya yang harus dibayarkan itu ditentukan oleh harga mobil dan kecepatan menemukannya. Semakin mahal mobil yang hilang, semakin mahal juga biaya untuk menemukannya. Saat itu, kawan saya kehilangan mobil yang berbeda. Yang satu kena biaya 10 ribu LE, dan satunya lagi kena 15 ribu LE.

Itu pun masih ditentukan oleh seberapa cepat kita ingin menemukan kembali mobil tersebut. Kecepatan ’dua hari’, tentu berbeda dengan ’seminggu’. Nah, waktu itu kawan saya memperoleh kembali mobilnya dalam waktu yang ’cukupan’ ~ 4 hari. Jadi membayarnya segitu, pertengahan. ’’Kalau saya ingin memperolehnya kembali dalam waktu hanya 1-2 hari, mereka juga bisa. Tapi, mungkin saya harus membayar 20 ribu LE,’’ katanya sambil nyengir..! (agusmustofa_63@yahoo.com)
 oleh Agus Mustofa 
(Dimuat di Jawa Pos Grup 11 Juni 2010)


Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat


Tidak ada komentar: