Sabtu, 09 Oktober 2010

~ MAL PUN DIJAGA ANJING MILITER ~(mesir 5)


Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat




Nuansa politik yang militeristik di Mesir terasa sampai di pusat-pusat perbelanjaan. Pokoknya, dimana pusat keramaian, disitulah ada intel. Bahkan, tak jarang diiringi jejeran panser dengan pasukan bersenjata lengkap. Termasuk di sekitar masjid al Azhar ketika menyelenggarakan shalat Jum’at. Suasana ’tegang’ semacam itu, bisa dijumpai dimana-mana, dan terasa oleh mereka yang baru datang ke Mesir. Sementara, bagi penduduk setempat, itu adalah hal biasa.

Hari Jumat, untuk pertamakalinya , saya shalat di masjid Al Azhar yang legendaris. Bayangan saya, inilah masjid kampus tertua di Mesir yang telah mencetak ribuan ulama di seluruh dunia. Tentu, suasananya sangat akademik dan megah secara keilmuan. Bahkan, dalam bayangan saya, masjid itu juga megah secara fisik dan terawat dengan baik, di lingkungan yang asri, karena merupakan peninggalan sejarah yang tak ternilai dalam khasanah Islam.

Memasuki kawasan Al Azhar, saya tidak merasakan apa yang menjadi bayangan saya. Jalanan di sekitar al Azhar sedemikian ramainya. Cenderung macet. Apalagi menjelang waktu shalat Jum’at begini. Bahkan, hari-hari biasa pun, kawasan ini terkenal padat karena dekat dengan pasar Hussein dan bazaar Khan el Kholili. Mirip ’pasar seng’ di Mekkah yang menyediakan segala macam keperluan masyarakat. Mobil bercampur sepeda motor, gerobak, dan jejalan orang berjalan kaki. Saya teringat kawasan Ampel di Surabaya tempo dulu. Meskipun sekarang sudah semakin mending karena mendapat perhatian dari Pemkot Surabaya.

Saya benar-benar menyayangkan kondisi ini. Karena, tempat-tempat bersejarah yang lain seperti Piramid, museum Mesir kuno, benteng shalahuddin, dan berbagai situs yang komersial, mendapatkan perawatan yang cukup baik. Mungkin, karena mereka memperoleh dana perawatannya dari tiket masuk. Tetapi, menurut saya, masjid-masjid bersejarah itu pun mestinya bisa dikelola dengan cara sedemikian. Bukan hanya Al Azhar, masjid Amru bin Ash pun sama memprihatinkannya. Padahal dia adalah tokoh ’pembuka Mesir’, di zaman khalifah Umar bin Khathab. Dan juga Masjid Imam Syafii, dimana makam tokoh Mazhab terbesar di dunia Islam itu berada. Semuanya sangat mengenaskan. Berbungkus debu tebal dan kurang terawat.

Pikiran saya yang ’melantur’ tiba-tiba buyar ketika saya hampir memasuki pintu gerbang kampus al Azhar. Saya merasa aneh, karena di depan saya berjejer belasan panser, dan puluhan personal keamanan bersenjata lengkap. Ada yang berdiri di jalanan dan kemudian mondar-mandir. Ada yang di dalam mobil sambil mengoperasikan peralatan komunikasi. Ada yang duduk-duduk selonjor di dalam truk, tapi sambil melirik-lirik dengan pandangan mata tajam penuh selidik kepada setiap orang yang lewat.

Waktu itu, saya kebetulan membawa kamera foto, baru pulang dari mengelilingi tempat-tempat bersejarah. Tidak nyaman rasanya meninggalkan kamera di mobil. Maka, kamera pun saya tenteng masuk masjid. Ternyata bermasalah. Saya dicegat oleh personal keamanan. Dan ditanya macam-macam. Intinya dilarang membawa kamera ke dalam kampus. Untung, saya bersama sejumlah mahasiswa al Azhar. Mereka menunjukkan kartu Mahasiswanya, dan menjelaskan bahwa saya adalah tamu mereka. Turis biasa.

Seorang mahasiswa al Azhar, mengatakan kepada saya, jangan sampai saya menyebut diri sebagai shohafian ~ wartawan. Bisa-bisa dikuntit intel kemana pun saya pergi. Masuk dalam daftar orang-orang yang harus diawasi. Tensi politik di Mesir benar-benar sangat tinggi. Orang yang dicurigai secara politik, bisa ditangkap tanpa proses hukum apa pun. Dalam guyonan mereka, ’setiap satu orang target dikuntit oleh 3 orang intel’, dalam urusan politik.

Saya tanyakan kepada mahasiswa al Azhar, kenapa penjagaannya sedemikian ketatnya. Padahal, itu adalah kawasan masjid dan kampus. Katanya, pemerintah tidak mau kecolongan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang berdemonstrasi. Karena, tidak jarang, seusai shalat Jum’at ada demo semacam itu. Misalnya, demo tentang penyerangan Israel terhadap Palestina beberapa waktu yang lalu. Ataupun, demo-demo lain yang bernuansa politis. Pemerintah menerapkan sistem militeristik untuk menekannya. Kestabilan keamanan adalah nomer wahid di Mesir.

Yang lain-lain boleh, dan diberi keleluasaan untuk berkembang seluas-luasnya. Tetapi jangan coba-coba menyentuh sektor keamanan. Terutama keamanan pemerintahan yang sedang berkuasa. Pemerintah pimpinan presiden Husni Mubarak berkuasa sejak tahun 1981, seusai Presiden Anwar Sadat terbunuh dalam suatu upacara militer. Ketika itu, Husni Mubarak menjabat sebagai wakil presiden dan lantas mengambil alih kekuasaan, sepeninggal Anwar Sadat. Militer berada di belakangnya sepenuhnya selama 30 tahun kekuasaannya.

Saat ini usia Husni Mubarak menginjak 81 tahun. Pada pemilu tahun depan, diperkirakan akan muncul kandidat-kandidat baru untuk menggantikannya. Diantara tokoh kuatnya adalah Letnan Jendral Omar Suleiman, Direktur Jenderal Badan Intelijen Mesir. Dia adalah tokoh kepercayaan Husni Mubarak, yang pernah menyelamatkannya dari percobaan pembunuhan di ibukota Etiopia, Adis Ababa, 1995.

Mesir stabil selama pemerintahan Mubarak. Negara dikendalikan dengan undang-undang darurat militer, yang diperpanjang lagi dua bulan lalu. Siapa saja berani melakukan aktifitas yang mengganggu, apalagi menggoyang kekuasaan langsung berhadapan dengan mekanisme militer. Dan diamankan tanpa ba bi bu lagi. Karena itu, tidak heran dimana-mana di penjuru Mesir terlihat panser dan tentara bersenjata lengkap siap mengamankan siapa saja yang berani coba-coba bikin onar.

Bahkan di Mal terbesar di Kairo, City Stars, saya sempat dibikin heran karena di pintu masuknya ada pasukan keamanan dengan anjing pelacak besar-besar. ’’Ada apa ini mas, kok diperiksa pasukan keamanan di pintu masuk Mal?’’ tanya saya kepada Rizky, mahasiswa Al Azhar yang saya ajak waktu itu. ’’Ah, ini biasa saja pak Agus. Beginilah setiap harinya, pasukan keamanan dimana-mana. Yang penting kita tidak mengutak-atik politik, aman-aman saja,’’ paparnya.

Dua anjing Herder yang sangat besar selalu diajak pasukan keamanan untuk memeriksa mobil-mobil yang masuk ke lokasi parkir. Rasanya seperti mau memasuki kawasan dengan kerahasiaan tingkat tinggi saja layaknya. Bukan pusat perbelanjaan. Namun, penduduk setempat sudah biasa dengan yang demikian itu. Bahkan sebagian kalangan malah merasa nyaman dengan situasi dan kondisi semacam ini. Maka, Mal City Stars ~ yang lebih megah dan lebih besar dari Tunjungan Plaza ~ itu pun menjadi tempatfavourite berkumpulnya para selebritis Mesir.

Yang masih tetap aneh bagi saya, disini pun kami sempat dilarang untuk memotret oleh penjaganya. Padahal, sekedar berpose di dekat pintu gerbang. Tapi, kemudian saya berusaha memakluminya, ketika sampai di pintu masuknya. Disitu pun terdapat peralatan scanning seperti di bandara-bandara. Setiap tas dan barang-barang yang ditenteng harus melewati sensor sinar x dan detektor logam, untuk memastikan apakah ada barang berbahaya di dalamnya. Mungkin mereka takut kecolongan seperti yang terjadi di Mega Kuningan, Jakarta. Bom meledak di pusat pertemuan orang-orang penting dari berbagai negara manca. Mudah-mudahan, bukan karena paranoid semata... (agusmustofa_63@yahoo.com) ~ (Dimuat di Grup Jawa Pos, 25 Juni 2010)



Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat



Tidak ada komentar: