Jumat, 12 November 2010

~ BANYAK YANG SUKA MENYEBUT ’IBM’ ~(mesir 19)

Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat



Ada singkatan yang sangat terkenal di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir, yakni IBM. Tidak ada kaitannya dengan sebuah merk terkenal dalam dunia komputer. Itu adalah kependekan dari kata: Insya Allah, Bukrah, dan Ma’aleisy.

Para mahasiswa Indonesia, biasanya mengungkapkan cerita ini sebagai joke atau sindiran kepada orang-orang Mesir dalam hal pelayanan. Di awal janjinya, mereka selalu mengatakan Insya Allah – Jika Allah menghendaki. Artinya, mereka tidak berani memastikan, kapan sesuatu yang dijanjikan itu akan selesai. Sayangnya, jika waktu yang dijanjikan sudah datang, dan mereka belum bisa memenuhinya, mereka akan mengatakan ’Bukrah’ ~ besok. Dan ketika besok ditagih janjinya juga belum bisa dipenuhi, mereka berkelit lagi dengan kata ’bukrah’. Besoknya, mereka masih akan mengatakan ’bukrah’ lagi. Dan jika terbukti tak bisa memenuhi juga, maka dengan ringannya mereka akan mengatakan ’Ma’aleisy’ – mohon maaf –sepurane dalam bahasa Suroboyoan.

Ungkapan yang semestinya biasa itu, menjadi ’luar biasa’ dan sangat menjengkelkan bagi mahasiswa Indonesia, karena hampir setiap hari terjadi. Mulai dari urusan di kampus, di warnet, di pelayanan kendaraan bermotor, di bengkel-bengkel, di apartemen, dan berbagai tempat pelayanan. Agaknya IBM sudah menjadi kebiasaan. Dan, para alumni Mesir pasti tertawa ketika diingatkan dengan istilah IBM itu.

Saya sendiri pun mengalami hal itu ketika mengurus sambungan internet untuk apartemen yang baru saya tempati. Sehari setelah saya berada di Kairo, saya langsung mengurus internet. Karena tanpanya, saya akan kehilangan kontak dengan berbagai urusan di Indonesia yang sangat vital.

Di apartemen yang saya sewa memang disepakati hanya tersedia jalur telpon yang cuma bisa menerima panggilan. Karena saya lebih suka menggunakan HP. Lewat pesawat telpon apartemen itulah saya memasang internet. Saat mendaftar sambungan, pelayannya mengatakan bahwa internet akan terpasang antara 10 hari sampai 2 minggu. ’’Insya Allah...’’, tegasnya. Saya tidak memiliki firasat negatif apa pun, karena ucapan Insya Allah itu adalah sebuah janji yang sangat kuat dikaitkan dengan Tuhan. Mestinya, dia memegang erat-erat janji itu. Dan berkomitmen untuk memenuhinya.
             
Feeling saya mulai agak ’tidak enak’ ketika kawan saya mengatakan, ’’Hati-hati pak Agus dengan Insya Allah-nya orang Mesir...’’’ katanya sambil tertawa. Sepuluh hari kemudian saya menelpon provider internet itu untuk mengingatkan pemasangannya. Dengan ramahnya sang pegawai mengatakan: Insya Allah, fi hadzal usbuk ~ insya Allah dalam minggu ini. Saya bisa memahaminya, karena dia memang pernah mengatakan maksimun 2 minggu.

Persis dua minggu, saya telpon kembali. Dan dia mengatakan Bukrah – besok. Saya tunggu, esoknya tidak ada teknisi datang. Maka, lusa saya telpon lagi, dan dia mengatakan Insya Allah ba’da bukrah – lusa. Hati saya semakin tidak enak. Jangankan ba’da bukrah – lusa – yang bukrah saja tertunda 3 hari. Lha, kalauba’da bukrah, berapa hari ya? Pikir saya, mulai menertawakan diri sendiri.

Ternyata kekhawatiran saya itu terjadi. Persis seperti guyonan kawan-kawan mahasiswa di sini. Selama berhari-hari saya bersitegang dengan pegawai providerinternet, dan dengan ringannya dia selalu bisa berkelit. Bahkan, ketika istilahbukrah sudah berulang kali dia gunakan untuk menghindar, kini dia menggunakan kata suwayya ~ sebentar lagi. Besoknya, dengan kata-kata: ba’da suwayya –tak lama lagi. Atau, kadang daqaiq – beberapa menit lagi. Tapi, semuanya adalah sekedar janji untuk menenangkan pelanggan. Yang hasilnya tidak tambah tenang, tetapi semakin tidak jelas.

Sampai akhirnya, sebulan berlalu. Saya memutuskan untuk mencabut pendaftaran saja. Saya datang ke kantornya, sambil memutuskan dalam hati, bahwa itu adalah kedatangan terakhir saya ke kantornya. Tapi, saya masih menunggu satu kata lagi yang meluncur dari mulut si karyawan. Ternyata benar, ketika saya nyatakan mencabut berkas pendaftaran, dia mengatakan: ma’aleisy ya basya – mohon maaf Tuan, dengan ringannya. Sambil menunjukkan daftar berisi puluhan calon pelanggan yang belum tersambung seperti saya...! Ternyata benar, ungkapan IBM seperti yang diceritakan kawan-kawan mahasiswa itu.

Untunglah saya sudah memutuskan memakai jaringan internet lewat dongle tanpa kabel, dua minggu sebelumnya. Dengan internet lewat USB itu saya sudah bisa melakukan kontak-kontak untuk berbagai urusan. Meskipun, koneksinya kadang-kadang tidak seberapa bagus, bergantung pada lokasi saya berada. Tetapi, sudah menyelesaikan masalah utama saya dalam komunikasi.

Yang begini ini dialami banyak kawan Indonesia.Terutama ketika melakukan interaksi dengan kalangan pemerintahan dan pegawai negeri. Atau masyarakat umum yang masih konvensional. Sedangkan di kalangan swasta dan masyarakat yang terdidik, mereka semakin sadar bahwa pelayanan yang baik terhadap pelanggan adalah hal yang sangat vital bagi kelangsungan bisnis mereka. Sehingga istilah IBM, tidak lagi merupakan kependekan dari Insya Allah, Bukrahdan Ma’aleisy, melainkan sudah berganti menjadi Insya Allah (Jika Allah menghendaki), Biahsan (dengan sebaik-baik pelayanan), dan Mabruk (sukses)..!
(Agusmustofa_63@yahoo.com/ dimuat di Jawa Pos, 31 Oktober 2010)

Tidak ada komentar: