Rabu, 24 November 2010

~ SALAH KAPRAH TENTANG ‘CARA BERDAKWAH’ ~

Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat


Betapa prihatinnya melihat sebagian saudara seagama kita yang berdakwah secara salah kaprah. Berdakwah itu kan mengajak orang lain untuk menuju kepada kebaikan. Lha kok, ada orang mengajak kebaikan sambil melakukanketidakbaikan. Mulai dari sumpah serapah, caci maki, kata-kata kotor, muka merah padam penuh kebengisan, sampai ungkapan penuh dendam dan kebencian. Bahkan tak jarang sambil melakukan kekerasan yang tergolong sebagai tindak kejahatan..?!

Realitasnya memang bisa terjadi dalam berbagai skala. Mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Yang ringan itu, misalnya: berdakwah sambil memendam perasaan ’tidak suka’ kepada orang yang sedang didakwahi. Ketidaksukaan semacam itu  pasti akan terasa oleh orang yang sedang dihadapinya, meskipun sudah ’dibungkus’ rapat dan rapi.

Yang lebih berat tingkatannya adalah, berdakwah sambil ’melotot’ dan ’tersenyum sinis’. Dakwah yang begini ini juga pasti kurang efektif. Masa, berdakwah sambilpelotat-pelotot, dan ’menyeringai sinis’ sebagai simbol merendahkan orang lain begitu. Apa ya betah, orang yang berada di depannya?

Yang lebih berat lagi, selain melotot dan menyeringai sinis, masih ditambahi dengan ’ngomel-ngomel’ dan berkata-kata kasar, mencaci maki, serta sikap tidak santun. Wah, yang begini ini bakal menjadikan jamaahnya seperti duduk di atas bara api. Pingin segera meninggalkan ruangan aja.

Yang semakin berat, adalah ditambahi menuding-nuding dan menunjuk-nunjuk hidung lawan bicara. Seakan-akan orang-orang selain dia salah semua. Dijamin, sebelum selesai acara, jamaah sudah pada pulang semua. Pikir mereka, lebihenakan nonton ceramah di TV, atau di VCD, atau mendengar lagu-lagu qasidah saja, bisa sambil goyang-goyang kaki menikmatinya.

Yang lebih berat dari semua itu, adalah dakwah yang ditambahi ancaman-ancaman fisik. Dan hukuman-hukuman bagi siapa yang melanggar doktrin. Yang begini ini mulai masuk dalam lingkaran radikalisme. ’Mana tahan’ mendengarkan dakwah seperti ini, kecuali orang-orang yang telah mengalami indoktrinasi secara khusus oleh pimpinannya.

Dan yang yang paling berat klasifikasinya, adalah orang yang berdakwah sambil merusak properti atau apa saja milik orang lain. Kadang-kadang saya bertanya-tanya dalam hati: mereka ini sedang berdakwah ataukah sedang melakukan teror..?! Berdakwah kok sambil menghancurkan sendi-sendi dakwahnya sendiri. Mana mungkin berhasil? Dia sedang membangun Islam ataukah merusakIslam ya..?!

Saya mencoba flash back ke zaman Rasulullah dan para sahabat. Pernahkah Rasulullah SAW mengajarkan cara dakwah seperti itu kepada umatnya? Tidak pernah sekalipun. Tidak ada ceritanya, beliau melakukan dakwah dengan cara menyakiti orang-orang yang sedang didakwahi. Bukannya diikuti, bisa-bisa malah ditinggal pergi.

QS. Ali Imran (3): 159
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah merekamenjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, makabertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Kalau kita perhatikan firman Allah di atas, dakwah Islamiyah itu harus dilandasi sejumlah karakter dasar, yaitu: lemah lembut, tidak bersikap keras dan kasar, penuh maaf, bermusyawarah alias mendengarkan pendapat orang lain, dan kemudian bertawakal kepada Allah akan hasilnya. Tugas kita hanya menyampaikan, kok. Jangankan kita, Rasulullah pun tugasnya cuma menyampaikan. Ma ’ala rasuli ilal balagh ~ Tidak ada tugas rasul itu kecuali sekedar menyampaikan. Soal apakah seseorang akan dapat petunjuk ataukah malah ingkar, itu urusan sepenuhnya orang tersebut dengan Allah.

Nah, yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Banyak pendakwah yang berdakwah dengan  arogan, diiringi kata-kata kasar, sambil mengumbar kebencian, memaksakan kehendak dan mau menang sendiri. Jika, semua itu tidak terjadi seperti yang dimaui, mereka bakal melakukan pemaksaan dengan cara mengancam dan merusak. Masa pantas, seseorang yang mengaku dirinyamuslim melakukan perbuatan seperti itu. Berkata kasar saja Allah melarang apalagi berbuat kerusakan.

Oh, cara-cara siapakah yang dipakai ini? Sementara Allah dan Rasul-Nya tidak pernah mengajari begini. Saya membayangkan betapa sedihnya Nabi, jika beliau menyaksikan semua ini.

Atau, boleh jadi, ini adalah sebuah ’skenario besar’ dari kalangan munafik untuk merusak image Islam sebagai agama damai dan santun. Jika benar, maka sungguh kita harus mewaspadainya. Karena biasanya, mereka masuk dengan cara berpura-pura, dan memakai identitas palsu untuk menarik simpati. Lantas, ujung-ujungnya menebar perpecahan pada umat...

Pelajaran yang kedua, menurut al Qur’an, dakwah harus dirupakan dalam bentukamar ma’ruf nahi munkar ~ mengajak kebaikan, mencegah kejahatan. Bukan terbalik: nahi munkar amar ma’ruf. Artinya, yang harus didahulukan itu adalahmengajak pada kebaikan, barulah kemudian ’mencegah terjadinya kejahatan’.

Dengan kata lain, pencegahan kejahatan tidak akan efektif selama umat ini belum diberi tahu harus melakukan bentuk-bentuk kebaikan. Tahunya mereka cuma dilarang saja, tetapi tidak ditunjukkan jalannya harus kemana. Maka, tunjukkanlah terlebih dahulu, umat ini mau dibawa kemana. Setelah itu, cegahlah hal-hal negatif yang akan menggangu tercapainya tujuan baik tersebut. Begitulah semestinya cara berdakwah sesuai al Qur’an.

Yang ketiga, cara berdakwah yang baik adalah mengikuti koridor ayat berikut ini.

QS. An Nahl (16): 125
Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yangbaik dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yangtersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Bahwa ajakan atau dakwah itu harus berlandaskan:
  1. Hikmah, yakni kedalaman substansi yang disampaikan dengan cara yang bijak ~ penuh hikmah. Karena, pada dasarnya, manusia suka diajak untuk memahami sesuatu yang mendalam, dan mengantarkannya kepada kedamaian spiritualnya.
  2. Mauidhatul hasanah, alias pelajaran yang disampaikan dengan sistematika dan metode yang baik. Jika cara penyajiannya amburadul, tentu tidak akan efektif.
  3. Diskusi dan adu argumentasi, saling menghargai pendapat secara kritis & obyektif. Bukan subyektif menyerang orangnya, melainkan mendiskusikan materinya.
  4. Tidak melakukan klaim kebenaran, karena kebenaran hanyalah milik Allah.

Oh, betapa nikmatnya melakukan dakwah dengan cara demikian..! Yang menyampaikan dan mendengarkan sama-sama memperoleh manfaat. Tidak ada guru, tidak ada murid. Karena, semuanya adalah sesama pencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sesungguhnyalah, Rasulullah pun tidak pernah mengangkat dirinya sebagai guru atas sahabat-sahabatnya...!
 Agus Mustofa

Wallahu a’lam bishshawab
~ salam ~

Tidak ada komentar: