Senin, 22 November 2010

~ SALAH KAPRAH TENTANG ‘KEMUTLAKAN TAFSIR’ ~

Ebook islam, sholat sempurna, cara sholat nabi, sholat berjamaah di masjid, sholat khusyu, web islam, jadwal waktu sholat, artikel islami, makna bacaan dan doa solat


Ada diantara kita yang dengan ’gagah berani’ mengatakan bahwa tafsir seorang ulama adalah mutlak kebenarannya. Meskipun, sang penafsir sendiri sebenarnya tidak berani mengatakan demikian, karena ia tahu kapasitasnya ’hanyalah’ penafsir belaka. Bukan Nabi yang memperoleh wahyu, atau apalagi Tuhan yang berfirman.

Biasanya, yang ’keterlaluan’ memang adalah para pengikutnya. Padahal, penafsiran seorang ulama tafsir satu dengan ulama tafsir lainnya bisa berbeda. Bahkan bisa bertentangan pendapat dalam suatu masalah. Dan hal itu, memang biasa saja. Karena, tafsir adalah sekedar pendapat yang bersifat relatif. Namanya saja: tafsir. Jadi, bisa betul atau salah. Yaitu, menduga maksud Tuhan. Siapa yang tahu kebenaran maksud Allah? Ya tentu saja, Allah sendiri.

Jadi, lucu juga kalau ada seseorang yang mengklaim dirinya paling tahu maksud Allah dalam kadar yang sesungguhnya. Orang semacam ini keterlaluan dalam mengangkat diri sendiri, dan merendahkan Allah. Karena ia telah mengangkatilmunya sama dengan ilmu Allah. Atau sebaliknya, merendahkan ilmu Allah sama dengan ilmunya. Dengan kata lain, ia sedang melakukan kemusyrikan. Sebuah dosa yang tidak dimaafkan oleh Allah, kecuali dia bertaubat sebenar-benarnya.

Orang yang demikian, pasti juga tidak tahu ayat berikut ini. Atau setidak-tidaknya belum paham. Jika pun ia mengaku sebagai ahli tafsir, tentu dia bukan ahli tafsir yang baik, karena tidak menjalankan firman Allah.

QS. An Nahl (16): 125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yangbaik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, (hanya) Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatpetunjuk.

Sebuah ayat yang sangat gamblang dan tidak butuh penafsiran njlimet. Bahwa kita tidak berhak mengklaim kebenaran, karena hanya Allah-lah yang tahu siapayang tersesat dan siapa yang mendapat petunjukLha ini, ada sekelompok orang yang kerjaannya memvonis orang lain sesat, seakan-akan dia menjadi Tuhan itu sendiri. Betapa beraninya dia menantang firman Allah, bahwa cuma Allah-lah yang tahu siapa yang tersesat dan siapa yang dapat petunjuk..!

Tentang perbedaan pendapat dalam hal penciptaan Adam dan Azab Kubur, sebenarnya hal yang biasa saja. Masing-masing punya argumentasinya. Silakan, masing-masing bertanggungjawab kepada Allah. Untuk itu, disini saya singgung serba sedikit. Karena, secara panjang lebar sudah ada di bukunya.

1. Tentang al Basyar dan al Insaan. Kedua istilah itu memang digunakan untuk menyebut manusia. Tetapi dengan penekanan yang berbeda. Al Basyar memiliki penekanan kepada bentuk fisik. Sedangkan al Insan memberikan penekanan kepada sifat. Makhluk yang berkepala, berbadan, bertangan, dan berkaki seperti kita ini disebut sebagai al basyar. Sedangkan al basyar yang berperangaiseperti kita ini disebur al Insan. Yakni, yang pelupa, yang tergesa-gesa, yang suka mengeluh, yang kikir, dan lain sebagainya. Jadi, al insan pastilah al basyar. Sebaliknya, al basyar belum tentu al insan.

    QS. Al Hijr (15): 28
    Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia (al basyar) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

    QS. Al Hijr (15): 33
    Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia (al basyar) yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberibentuk".

    QS. Al Maarij (70): 19-20
    Sesungguhnya manusia (al insan) diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,

    QS. Al Anbiyaa’ (21): 37
    Manusia (al insaan) telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab) -Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.

    QS. Al Israa’ (17): 11
    Dan manusia (al insaan) mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia (al insaan) bersifat tergesa-gesa.

    Karena itu, nabi Adam dan Nabi Muhammad pun disebut sebagai al basyar, sebab beliau termasuk dalam spesies manusia. Yaitu, makhluk yang memiliki bentuk seperti kita ini. Tapi dalam waktu bersamaan, beliau juga adalah al Insan, karena memiliki segala sifat-sifat kemanusiaan seperti diceritakan dalam ayat-ayat diatas. Berbeda dengan makhluk sebelum nabi Adam yang hanya bisa disebut sebagai al basyar, tetapi belum bisa disebut sebagai al insan. Lebih detil, baca buku ’Ternyata Adam Dilahirkan’, dan buku ’Membela Allah’.

    2. Tentang Azab Kubur. Al Quran sama sekali tidak menyebut adanya azab kubur secara eksplisit. Ayat-ayat Qur’an yang dimaknai sebagai ’petunjuk’ adanya azab kubur sangat sumir, dan ’dipaksakan’. Ambillah contoh beberapa ayat yang mereka kemukakan di bawah ini. Anda akan langsung tahu dengan mudah, bahwa ayat-ayat ini ’dirudapaksa’ untuk ’mengakui’ adanya azab kubur, padahal sama sekali tidak bercerita tentangnya.

      QS. Ibrahim (14): 27
      Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.

      (QS. Thaha [20]: 124).
      Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginyapenghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta”.

      QS. At-Takatsur [102] 1-3
      Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalamkubur. Janganlah begitu, kelak (di hari pengadilan) kamu akan mengetahui.  

      Mana cerita azab kuburnya? Tidak ada. Namun demikian, bukan berarti manusia berdosa yang mati tidak merasa tersiksa di alam barzakh. Oh, ayatnya sangat jelas. Bahwa manusia yang sudah mati itu sebenarnya masih hidup dalam bentuk nyawa alias jiwa. Dan orang-orang yang berdosa merasa tersiksa di alam barzakh. Tetapi, bukan karena diadili dan menerima hukuman badan disana, melainkan karena melihat masa depannya di neraka. Badan orang yang mati, pada umumnya sudah hancur terurai. Ada yang dimakan zat renik dalam tanah, ada yang karena kecelakaan pesawat, tertimbun lahar panas, atau bahkan sengaja dibakar sampai menjadi abu ~ dikremasi, karena ia beragama Hindu, misalnya. Maka, yang masih hidup di alam barzakh adalah jiwanya. Sehingga yang tersiksa pun adalah jiwa. Bukan badan, seperti yang sering kita salah kaprahkan. Lebih detil baca buku ’Tak Ada Azab Kubur?’

      QS. Al Baqarah (2): 154
      Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

      QS. Al Mukmin (40): 46
      Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang hari (di alam barzakh), dan pada Hari Kiamat: "masukkanlah Fir`aun dan kaumnya ke dalamazab yang sangat keras (neraka)".

      Di alam barzakh, para jiwa sedang menunggu datangnya hari pengadilan, sambil masih menerima pahala dan dosanya yang terus mengalir. Diantaranya, dari amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak-anak yang saleh. Begitulah kata Rasulullah SAW. Lha, pahala masih mengalir, kok sudah diadili dan disiksa? Info dari mana ini? Sementara al Qur’an sama sekali tidak membahasnya. Bagaimana kalau ternyata amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak-anaknya yang saleh mengalirkan pahala lebih banyak dari dosa-dosanya? Kemudian mereka telanjur disiksa? Wah, bakal bermunculan protes, dikarenakan kesalahan fatal ini. Maka, al Qur’an bercerita, hanya di hari kiamat sajalah balasan seseorang disempurnakan. Bukan di alam barzakh.

      QS. Ali Imran (3): 25
      Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diribalasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dirugikan.

      QS. Ali Imran (3): 185
      Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan matiDan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

      Agus Mustofa

      Wallahu a’lam bishshawab.
       ~ salam ~

      Tidak ada komentar: